Perpecahan Sunni dan Syiah di Suriah Berkobar Menjadi Api Konflik

photo author
- Senin, 23 Mei 2022 | 11:23 WIB
Ilustrasi foto, pasukan Amerika Serikat dilempari batu ketika memindahkan pasukannya dari kota Baghuz (@GeopoliticsW)
Ilustrasi foto, pasukan Amerika Serikat dilempari batu ketika memindahkan pasukannya dari kota Baghuz (@GeopoliticsW)

TOPMEDIA – Perpecahan Suriah antara Sunni dan Syiah dimulai dari sebaran kebencian dari pihak ketiga yang datang dari Amerika Serikat, berkobar menjadi konflik rumit.

Ketika salah satu dari kelompok di negra Suriah menjadi penguasa dan abai pada etnis-etnis lain Suriah. Mengutip buku Glenn E. Robinson, “Jihad Global”, menceritakan kisah empat gelombang jihad yang berbeda di Timur Tengah.

“Masing-masing dengan programnya sendiri untuk mencapai tujuan global, apakah Jihadi Internasional untuk membebaskan tanah Muslim dari pendudukan Barat.”

Baca Juga: Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Membangun Ka’bah

Salah satu akar isu permasalahan di Suriah selalu sama yaitu minoritas yang berdasarkan rezim yang menguasai mayoritas dalam negara yang miskin serta gagal tanpa adanya toleransi dan kesatuan.

Situasi keterbelahan etnis dan suku-suku Arab di Suriah dengan mudah disusupi kepentingan pihak Barat. Sehingga tidak dipungkiri bahwa adanya gesekan antara Sunni dan Syiah turut mempengaruhi berjalannya konflik berkepanjangan.

Perpecahan Sunni dan Syiah ini menciptakan sikap tidak bersahabat kedua belah pihak dan saling mencurigai satu dengan yang lainnya.

Baca Juga: Kisah Operasi Penumpasan Pemimpin Yahudi Ka’ab al-Asyraf

Orang-orang Sunni seringkali melihat bahwa ‘makanan’ yang berasal dari orang-orang Syiah tidak bersih dan menolak memakan makanan tersebut, Sunni juga melihat bahwa Syiah terutama etnis Alawi bukan bagian dari Islam.

Etnis Alawi merupakan salah satu sekte atau aliran Syiah yang cukup sinkretis sebab juga menyerap beberapa unsur keagamaan lain di sekitarnya mulai dari kekeristenan, zoroastrianisme hingga paganisme.

Alawi punya keyakinan reinkarnasi yaitu pada saat seseorang wafat, ia dapat berubah bentuk menjadi mahluk lain. Bahkan Abu Hamid (1058-1111) yang dianggap sebagai Thomas Aquinas muslim (seorang ahli filsuf dan teolog) mencatat bahwa Alawi merupakan orang-orang yang ingkar terhadap agama.

Baca Juga: Kisah Kebersamaan Ummu Aiman Sebagai Pengasuh Rasulullah

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi ash-Shafi'i adalah seorang filsuf dan teolog Muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di Barat pada abad pertengahan.

Pengalaman buruk yang diterima Alawi ini telah membuat masyarakat Alawi terkucilkan memutuskan untuk mengisolasi diri dalam daerah pegunungan selama berpuluh-puluh tahun di Suriah.

Hidup didaerah pengunungan, terisolasi dan penuh kemiskinan telah memupuk rasa tidak suka terhadap Sunni yang sudah lama menjadi golongan penindas mereka.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Fuad Fauji

Sumber: Aljazeera

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Dampak Kemajuan Teknologi Terhadap Dunia Kerja

Minggu, 20 Juli 2025 | 15:34 WIB

Perekonomian Di Era Jokowi

Rabu, 2 Juli 2025 | 17:42 WIB
X