Masih menurut Richard, dalam mengambil keputusan soal penyebaran nyamuk ini, seharusnya pemangku kepentingan berkonsultasi dengan ahli yang mengerti di bidangnya. Sehingga, lanjutnya, rakyat Indonesia tidak menjadi bahan percobaan.
Baca Juga: Adu Keterampilan Para Teknisi, Honda Banten Gelar Regional Technical Skill Contest 2024
“Pejabat negara, dia punya kewajiban untuk melindungi rakyatnya, kalau dia enggak ngerti teknologi, dia kiranya dia enggak bisa baca kalau enggak ngerti, tanya sama ahlinya, jangan mengizinkan,” paparnya.
Peneliti senior ini, menganjurkan lebih menjaga kebersihan got atau saluran air ketimbang memanfaatkan wolbachia.
"Lebih baik kita sebarkan uang jauh lebih sedikit untuk membangun mental masyarakat untuk membersihkan. Kerja bakti dan gotong royong kan sudah tidak ada lagi. Jadi, jangan nasib kita tergantung sama eksperimen-eksperimen yang belum jelas," ujar salah seorang penasihat menteri di Kementerian PPN/Bappenas itu.
Baca Juga: Launching PPDB Tahun 2024, Pemprov Banten Terus Meningkatkan Layanan Pendidikan Kepada Masyarakat
"Jangan sampai ancaman pelepasan nyamuk secara besar-besaran akan membuat pengunjung enggan datang dan dapat menyebabkan keruntuhan ekonomi," ucapnya terkait potensi pariwisata dan ekonomi yang bakal berpotensi terganggu oleh program ini.
"Seperti zaman Pak Harto dulu. Tikus-tikus kan disikat dan akhirnya ada wabah wereng yang lebih lagi karena tidak ada tikus yang memang untuk keseimbangan. Jadi, hati-hati bermain dengan itu," ungkap Presiden Koalisi Dunia untuk Kesehatan dan Kemanusiaan/Coaliciòn Mundial Salud Vida (Comusav) untuk Wilayah Asia dan Afrika itu.
Walaupun pengajar dan peneliti Universitas Gadjah Mada Prof. dr. Adi Utarini menyatakan bakteri Wolbachia ini tidak berbahaya bagi manusia, tapi penelitian jangka panjang belum ada yang bisa memastikan keamanan program ini. Ironisnya lagi dikabarkan di Negara Srilanka justru menimbulkan 61 ribu kasus dengue baru pascaprogram penyebaran telur nyamuk yang massif itu diterapkan.
Baca Juga: Launching PPDB Tahun 2024, Pemprov Banten Terus Meningkatkan Layanan Pendidikan Kepada Masyarakat
Adanya kegagalan metode Wolbachia di beberapa negara itulah yang memotivasi Humas Puskor Hindunesia I Dewa Putu Sudarsana untuk bergabung dalam program yang terdiri dari para expert (pakar, ahli).
Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) bahkan akhirnya menolak tegas implementasi Metode Wolbachia di Bali yang akan melepaskan sekitar 200 juta telur nyamuk Wolbachia dengan alasan menekan penyebaran nyamuk Aedes Aegypti penyebab demam berdarah dengue (DBD).
“Saya dengar dua hari lalu berita di media yang menyebutkan akan disebarkan dua ratus juta nyamuk Wolbachia di Denpasar dan Singaraja. Ini bikin cemas dan sangat mengkhawatirkan. Apalagi keresahan itu juga dirasakan oleh komunitas Save Bali from The Mosquitos merupakan group lokal dan nasional, yang merupakan group relawan yang concern dan antusias melakukan penolakan terhadap program Wolbachia karena di balik itu telah berdampak (buruk) di Srilanka dan Colombia,” ungkap Humas Puskor Hindunesia I Dewa Putu Sudarsana di Denpasar.
"Apalagi program Wolbachia ini dari yayasan asing, dari Australia. Yang menyangkut nyawa orang banyak harus mengikuti regulasi yang ada di Indonesia. Negara ini berdasarkan hukum. Kami tegas menolak program Wolbachia karena belum ada kajian scientific dan jurnal yang menyatakan hasil yang positif dan dampak jangka panjangnya,” tandas Sudarsana.
Artikel Terkait
Dibuka Awal Juli 2024, Ini Tahapan PPDB di Kota Serang
Benarkah Terasi Mengandung Banyak Protein ? Cek Disini Fakta dan Mitos Tentang Belacan
Badan Gatal Tanpa Sebab ? Ini Tiga Jenis dan Penyebab Gatal Kerap Terjadi Wajib Diketahui
Kulit Sensitif ? Mau Pakai Sunscreen ? Begini Cara Pengunaannya Dengan 5 Langkah
Viral di Media Sosial, Ditampar Kepala Sekolah, Siswa SMPN 1 Raman Utara Lampung Timur Alami Gangguan Pendengaran
Cara Jitu Hilangkan Bekas Jerawat di Pipi, Cukup Pakai 5 Langkah dan Sangat Mudah
Sering Minum Collagen Kecantikan ? Ini Kandungan Di Dalamnya dan Miliki Banyak Manfaat