Ratusan Warga Pulomerak Cilegon Peringati PHBI 1 Muharam

photo author
- Rabu, 10 Agustus 2022 | 18:43 WIB
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) 1 Muharam 1444 H, di Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon (Tim Topmedia 03)
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) 1 Muharam 1444 H, di Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon (Tim Topmedia 03)

TOPMEDIA.CO.ID - Ratusan warga Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon antusias menghadiri acara Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) 1 Muharam 1444 H

Pada kesempatan itupun, digabungkan dengan peringati Haul Buyut Kahal, Ulama Populer Sejak Zaman Belanda di Kota Cilegon. 

Pantau dilokasi, acara pun turut dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan masyarakat Pulomerak seperti KH Jamhuri, Haji Juhdi, serta beberapa ulama Suralaya.

Baca Juga: Penjaringan Bacaleg di DPD PKS Kabupaten Serang Telah Dibuka, Ini Penjelasan Ketua DPD

"Buyut Kahal yang jelas adalah leluhurnya orang Kahal atau sekarang Suralaya. Jadi pantas kita tetap mengenang jangan sampai putus dari generasi ke generasi bahwa kita punya leluhur yang cukup masyhur," kata tokoh masyarakat Suralaya, Sahruji kepada wartawan, Rabu 10 Agustus 2022. 

Sahruji menceritakan, Buyut Kahal merupakan salah satu ulama yang populer sejak zaman Belanda. 

Karena kepopulerannya itu, tak sedikit nama dari sejumlah infrastruktur dan tempat pada zaman itu menggunakan namanya.

Baca Juga: Bisa Melemahkan Daya Pikir Hingga Kerusakan Mata? Inilah Bahaya Membaca Sambil Tiduran!

"Suralaya itu kalah populer dengan nama Kahal. Ketika masyarakat Suralaya keluar kemana pun ditanya orang pasti jawabannya orang Kahal. Kemudian ada kali besar sampai tembus ke laut, itu kali namanya bukan kali Suralaya, tapi kali Kahal," jelasnya.  

"Karena kali itu sangat besar, sehingga oleh Belanda dulu dibangunlah jembatan atau tragtag untuk jalan provinsi waktu itu, itu menghubungkan dari Merak sampai Bojonegara itu dibangun namanya Tragtag Kahal oleh pemerintah Belanda. Terus ada gunung namanya bukan gunung Suralaya tapi gunung Kahal, dan da SD yang merupakan lembaga pendidikan pertama yang dibangun di Suralaya itu bukan SD Suralaya tapi SD Kahal," sambung Sahruji.  

Sahruji juga mengisahkan, tradisi masyarakat Suralaya yang dilakukan secara turun temurun dalam rangka menghormati Buyut Kahal sebagai leluhurnya.

Baca Juga: Ingin Berkecukupan Dunia dan Akhirat? Bacalah DuaAyat Terakhir Al-Baqarah Ini Di Malam Hari

Hal itu dibuktikan dengan banyaknya warga Suralaya saat itu yang menziarahi makamnya ketika hendak melaksanakan hajatan seperti pernikahan, khitanan dan semacamnya.  

"Itu kepercayaan yang sudah melekat kalau ziarah ke situ akan mendapatkan keberkahannya karena beliau punya karomah sebagai orang sholeh. Itu lah orang dulu itu karena saking benar dan jujurnya, matinya saja memberi manfaat untuk yang hidup. Sekarang ini dipindahkan makamnya dari tempat awalnya itu, ya masih ada saja yang ziarah, tapi tidak seramai dulu. Saya dapat cerita dari orang-orang dahulu itu tahun 1883 ketiam Buyut Kahal menunjukkan kesaktiannya saat gunung Krakatau meletus," ucapnya.  

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Febi Sahri Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X