Perlahan namun pasti, segar dan ranumnya buah naga mulai membuat kesengsem masyarakat. Sayang, di saat permintaan terus tumbuh, produktivitas tanaman buah naga masih rendah sehingga tidak bisa memenuhi permintaan pasar.
Baca Juga: Fitron Nur Ikhsan DPRD Banten Mendadak Menggelar Sidak ke RS Banten
Bertahun-tahun membudidayakan buah naga, Edy dan beberapa petani lain menemukan satu fenomena. Dimana, tanaman buah naga yang berdekatan dengan lampu lebih produktif dan kerap berbuah di luar musim. Entah itu lampu di teras rumah, pekarangan, maupun lampu penerangan jalan.
Dari temuannya tersebut, pada 2014 Edy dan sejumlah petani lainnya lantas melakukan percobaan. Mereka memasang lampu di kebun-kebun yang berdekatan dengan aliran listrik.
“Terbukti, terang lampu itu meningkatkan produktivitas tanaman buah naga. Di antaranya, memperpanjang durasi masa panen,” papar Edy.
Baca Juga: Omicron Mengancam, Ini Update Ketersediaan Tempat Tidur di RS Banten
Alhasil, produktivitas mereka meningkat dari 14 ton per hektare menjadi 26 ton per hektare. Pendapatan pun akhirnya meningkat.
Melihat percobaannya sukses, para petani lain pun mulai memasang lampu di kebun-kebun yang jauh dari aliran listrik PLN. Meski mahal tapi mereka tetap nekat. Sebab, lampu di kebun terbukti meningkatkan produktivitas nyaris dua kali lipat, dan tak kalah pentingnya, berbuah di luar musim sehingga harganya tinggi.
“Petani di Banyuwangi itu dikenal sebagai petani wani, pemberani. Berani modal asal hasilnya setimpal. Di kampung saya ini ada empat gardu induk, itu khusus untuk penerangan lampu di kebun,” ujarnya.
Edy sendiri kini memiliki tujuh hektare lahan buah naga. Enam hektare di antaranya telah menerapkan penerangan lampu secara intensif. Hasil penjualan per tahunnya mencapai miliaran rupiah.
Melihat antusiasme para petani untuk menerapkan Electrifying Agriculture, PLN pun merespons dengan langsung memasang jaringan khusus untuk para petani. Berawal dari Kecamatan Purwokarjo, intensifikasi pertanian buah naga itu kemudian berkembang hingga ke kecamatan lain dan terus meluas hingga saat ini.
Kemudahan jaringan ini kemudian disusul dengan penerapan Electrifying Agriculture lainnya, seperti untuk pengairan. Sebelumnya, petani menggunakan mesin pompa air berbahan bakar diesel sehingga kebutuhan biayanya cukup tinggi yaitu sekitar Rp 8,9 juta per bulan.
Baca Juga: Tak Perlu Pakai Jimat, Amalkan Doa Ini ! Dagangan Laris Manis
“Kini setelah menggunakan listrik PLN, biaya yang dikeluarkan hanya Rp 4,6 juta per bulan,” ungkap dia.
Artikel Terkait
Nih, 10 Kado Romantis Di Hari Valentine ! Doi Langsung Klepek Klepek
Selamat, 3 Zodiak Ini Beruntung Di Hari Valentine, Apakah Kamu Termasuk ?
Daftar Nominasi Oscar Tahun 2022
Ulat Ternyata Berkontribusi Pada Emisi Karbon, Berikut Penjelasannya
2 Hari Sekali Rider MotorGP Wajib Jalani Test Ini Jika Tidak Ingin Ditolak Masuk Kedalam Sirkuit Mandalika