TOPMEDIA – Indonesia jadi rebutan China, Amerika Serikat (AS) dan Eropa untuk kembali menjual batubara dengan bayaran tinggi. Sebuah kebingungan diplomasi iklim dan geoekonomi telah dimulai.
Negara-negara kaya mencoba untuk membuat kesepakatan baru sebelum dimulai perundingan KTT iklim COP27 pada bulan November 2022 mendatang.
Kampanye utusan perubahan iklim dari negara-negara kaya telah menuju ke Indonesia, menawarkan pinjaman keuangan sebagai imbalan atas komitmen ekspor batubara.
Baca Juga: Rusia Peringatkan Barat, Hentikan Pasok Persenjataan Jarak Jauh ke Ukraina
Para pejabat dari China, AS, dan Eropa berharap untuk mendapatkan kesepakatan baru pada saat Indonesia menjadi tuan rumah bagi para pemimpin dunia G-20 di Bali pada bulan November. Ini adalah tujuan yang ambisius mereka.
China, AS, dan Eropa akan membangun tonggak penting dalam upaya global untuk mengurangi emisi dan memberikan dorongan untuk KTT iklim COP27 PBB di Mesir pada bulan November.
Batubara Indonesia menghasilkan sekitar 60% pasokan listrik Indonesia. Bahan bakar fosil telah menghasilkan kekayaan massif bagi beberapa elit bisnis paling kuat di Indonesia.
Baca Juga: Serangan Cyber dan Sangsi Ekonomi Barat ke Rusia Gagal Total
Perang di Ukraina telah mengangkat permintaan global energi fosil, meningkatkan saham dan keuntungan perusahaan pertambangan batu bara, membuatnya semakin menarik bagi investor menemui Indonesia.
Sementara itu, distributor listrik monopoli nasional PLN mendapatkan batu bara untuk pembangkit listriknya dengan harga diskon, sehingga memberikan sedikit insentif untuk menghubungkan pemasok energi terbarukan.
China, AS, dan Eropa bertaruh perjanjian yang dikenal sebagai Kemitraan Strategis Transisi Energi yang Adil akan membantu memecahkan kebuntuan menyediakan bahan energi fosil negara-negara maju yang sedang krisis.
Baca Juga: Rusia tidak akan Menyerah Melakukan Operas Khusus di Ukraina
Cadangan melimpah bahan bakar fosil batubara seperti Afrika Selatan dan Indonesia dengan pembiayaan dan dukungan untuk mempercepat transisi fosil energi.
Dilansir artikel Geoekonomi dunia, para pemberi hutang akan “melanggar status quo,” kata utusan iklim AS John Kerry pada bulan April di Bloomberg.
China, AS dan Eropa sebagai negara pemberi hutang mengetahui kabinet Presiden Indonesia Joko Widodo terpecah karena perlunya mengakhiri penggunaan batubara dan menekan hutang negara.