Mendudukkan Ormas Dalam Bingkai Bernegara

photo author
- Rabu, 7 Mei 2025 | 10:47 WIB

Subkultur kekuasaan produknya wewenang. Tanggungjawabnya pada subkultur sosial. Subkultur ekonomi produknya modal, tanggungjawabnya pada subkultur kekuasaan. Subkultur sosial produknya suara (voice) yang berdaulat dengan tanggungjawab pada dirinya, Tuhan dan subkultur kekuasaan (yang dipilih dan mewakilinya).

Problem subkultur sosial di negara berkembang soal kualitas sumber daya manusianya. Di Jepang, organisasi Yakuza yang baru berdamai bulan April kemarin akibat problem internal telah masuk subkultur ekonomi.

Skala bisnisnya antar negara. Di kita, recehan, menunggu dipertigaan, mengutip jatah di pasar, hingga geruduk UMKM. Cari nafkahnya primitif, sekalipun dikasih jatah menambang sendiri.

Mengatasi preman sebagai salah satu produk subkultur sosial bermasalah bukan perkara mudah. Akarnya bisa politik, sosial ekonomi, budaya, dan psikologis. Politik misalnya, menjamurnya korupsi telah membentuk persepsi, mengapa pejabat bisa, kami (rakyat) tidak. Bukankah kami yang pilih mereka. Lebih lagi bila ada faktor sejarahnya, premanisme Tanah Abang misalnya.

Baca Juga: Sempat Merenggang Saat PDKT, Luna Maya Ngaku Pernah Pantang Menyerah Ngejar Maxime Bouttier
Faktor sosial ekonomi menguatkan tumbuhnya preman. Angka kemiskinan yang mencapai 60,3 persen (World Bank, 2025) dan kesenjangan di posisi 0,381 (gini ratio, 2024) memberi indikasi munculnya survivalitas ormas. Pada aspek budaya, fenomena kekerasan menjadi cara penyelesaian paling efektif karena mandulnya aparat yang sibuk memburu jabatan ketimbang menegakkan aturan.

Sementara faktor psikologis turut berkontribusi dimana masyarakat cenderung berfantasi atas nikmatnya meneguk kekuasaan dengan cara instan. Kekuasaan dapat mendongkrak identitas seperti artis. Caranya melekatkan diri pada ormas sebagai batu loncatan. Koneksitas keluarga untuk memangkas prosedur tertentu menjadi jalan pintas.

Akhirnya, pemerintah perlu mendudukkan fungsi ormas dalam subkultur sosial dengan cara melakukan pembinaan dan pendidikan. Bukan dipelihara sebagai watch dog. Apalagi sampai jadi serdadu yang dipersenjatai.

Tanpa upaya serius, kita hanya menjadikan negara sebagai lahan bagi suburnya premanisme dan konflik, bukan ormas yang jejak sejarahnya justru bagian dari kemerdekaan bangsa

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ikawati

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Dampak Kemajuan Teknologi Terhadap Dunia Kerja

Minggu, 20 Juli 2025 | 15:34 WIB

Perekonomian Di Era Jokowi

Rabu, 2 Juli 2025 | 17:42 WIB
X