Relevansi Pancasila Kini yang Mulai Pudar, Kaitan Antara Retorika dan Realitas serta Globalisasi adalah Ancaman atau Peluang?

photo author
- Selasa, 29 April 2025 | 20:07 WIB
Penulis: Rezka Dzulfikar Azka dan Dimas Arya (Mahasiswa Ilmu Hukum Unpam PSDKU serang) (Topmedia.co.id/Istimewa)
Penulis: Rezka Dzulfikar Azka dan Dimas Arya (Mahasiswa Ilmu Hukum Unpam PSDKU serang) (Topmedia.co.id/Istimewa)

Globalisasi: Ancaman atau Peluang?

Globalisasi membawa tantangan sekaligus peluang. Di satu sisi, keterbukaan informasi membuat masyarakat Indonesia terekspos pada berbagai nilai baru yang belum tentu sejalan dengan budaya dan Pancasila. Budaya konsumerisme, individualisme ekstrem, bahkan liberalisme nilai, dengan mudah merasuki generasi muda.

Namun di sisi lain, globalisasi juga memberikan kesempatan untuk memperkaya nilai-nilai Pancasila melalui dialog antarbudaya, kolaborasi internasional, dan pertukaran pengetahuan.

Dengan bekal Pancasila, Indonesia justru bisa menawarkan alternatif nilai bagi dunia yang tengah mencari arah dalam kegaduhan ideologi global.

Baca Juga: IFG Dukung Kreativitas Jurnalis Foto Melalui Anugerah Pewarta Foto Indonesia 2025 di Solo

Revitalisasi Pancasila: Apa yang Harus Dilakukan?

Pancasila tidak cukup diajarkan sebatas hafalan di ruang kelas. Revitalisasi Pancasila harus bersifat menyeluruh: dalam pendidikan, budaya politik, hingga praktik pemerintahan.

Pertama, pendidikan Pancasila harus kontekstual. Anak-anak muda harus diajak berdialog tentang bagaimana Pancasila relevan dalam isu-isu kekinian: lingkungan hidup, kesetaraan gender, toleransi antarumat beragama, hingga etika digital.

Kedua, teladan dari pemimpin sangat penting. Para pejabat publik harus menjadi contoh nyata pelaksanaan nilai Pancasila, bukan sekadar berbicara tentangnya.

Baca Juga: Dialog Bersama Pelaku Usaha Industri, Gubernur Banten Andra Soni Sebut Gairah Dunia Usaha Harus Dibangkitkan

Ketiga, partisipasi masyarakat harus diperkuat. Pancasila harus hidup dalam tindakan sehari-hari: dalam kegiatan sosial, ekonomi, hingga interaksi di media sosial. Spirit gotong-royong, keadilan, dan penghargaan terhadap perbedaan harus menjadi napas kehidupan bangsa.

Keempat, adaptasi terhadap zaman. Pancasila bukan teks mati. Ia harus terus diinterpretasikan secara kreatif sesuai kebutuhan zaman, tanpa mengkhianati nilai dasarnya.

Penutup: Pancasila Adalah Kompas

Dalam dunia yang semakin kompleks, Pancasila tetap menjadi kompas moral bangsa Indonesia. Tanpa Pancasila, kita bisa kehilangan arah dan tercerai-berai.

Baca Juga: BRI Mediapreneur Talks Promedia 2025 Siap Sambangi Kota Serang: Seminar Bisnis untuk Jurnalis hingga Pengusaha Media

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Febi Sahri Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Dampak Kemajuan Teknologi Terhadap Dunia Kerja

Minggu, 20 Juli 2025 | 15:34 WIB

Perekonomian Di Era Jokowi

Rabu, 2 Juli 2025 | 17:42 WIB
X