TOPMEDIA - Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono dalam siaran pers yang disampaikan, bahwa telah teramati 9 kali letusan di Gunung Anak Krakatau dengan tinggi kolom abu berkisar antara 800-1000 meter di atas puncak dan warna kolom kelabu-hitam tebal selama 16 Januari - 4 Februari 2022.
Baca Juga: DPR RI Sayangkan Kejadian UMKM Memilih Pinjam ke Rentenir dan Pinjol Ketimbang Kepada Pemerintah
hal itu ditandai dengan terekamnya 9 kali gempa Letusan, 135 kali gempa Hembusan, 4 kali Tremor Harmonik, 499 kali gempa Low Frequency, 2 kali gempa Hybrid/Fase Banyak, 32 kali gempa Vulkanik dangkal, 4 kali gempa Vulkanik Dalam, 2 kali gempa Tektonik Lokal, 8 kali gempa Tektonik Jauh dan 19 kali gempa Tremor Menerus dengan amplitudo 0.5-26 mm (dominan 5 mm).
Baca Juga: Gunung Anak Krakatau 2 Kali Erupsi, Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 800 Meter
Pada periode erupsi Februari 2022, peningkatan intrusi magmatik kemungkinan mulai terjadi sejak 20 Desember 2021 yang diindikasikan dengan terekamnya gempa Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal dalam jumlah yang cukup signifikan. Pada bulan Januari 2022 kegempaan vulkanik masih teramati cukup tinggi dan gempa-gempa dangkal semakin banyak terekam. Pada akhir Januari 2021, terindikasi magma sudah berada pada kedalaman sangat dangkal dan emisi abu mulai teramati sejak 3 Februari 2022 sekitar pukul 10.00 WIB. Pada 4 Februari 2022 terekam 9 kali gempa Letusan yaitu pada pukul 09:43, 10:25, 10:28, 12:46, 13:00, 13:31, 13:41, 14:46 dan 17:07 WIB.
Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Erupsi, TNI AL Koarmada I Siaga
Selanjutnya Eko juga menjelaskan, energi aktivitas vulkanik yang dicerminkan dari nilai RSAM (real-time seismic amplitude measurement) menunjukkan pola fluktuasi dengan kecenderungan relatif meningkat pada periode Januari - Februari 2022. Peningkatan ini berasosiasi dengan peningkatan gempa-gempa Hembusan, Low Frekuensi, dan Tremor menerus yang relatif meningkat energinya baik dalam jumlah maupun besaran amplitudo gempanya yang disebabkan oleh pelepasan energi yang terjadi keluarnya fluida ke permukaan.
"Pemantauan deformasi tiltmeter mengindikasikan adanya pola ungkitan selama periode ini yang disebabkan perubahan tekanan di permukaan yang berasosiasi dengan pergerakan fluida magma ke permukaan. Data pemantauan secara visual dan instrumental mengindikasikan bahwa Gunung Anak Krakatau masih berpotensi erupsi," tambah Eko.***
Artikel Terkait
Gunung Anak Krakatau Erupsi, TNI AL Koarmada I Siaga
Kunjungi Ponpes di Gunung Sari, Gubernur : Bantuan Mereka Jangan Dipotong, Tapi Ditambah
Gunung Tonga Meletus, Sapu Bersih Pusat Ibukota Nuku'alofa. BMKG Minta Masyarakat Indonesia Tetap Tenang
Gunung Anak Krakatau 2 Kali Erupsi, Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 800 Meter
TNI AL Banten Road Show 'Peduli Berbagi' terhadap Anak Yatim di Provinsi Banten