2 Metode Penentuan Kapan lebaran 2023 di Indonesia, Ini Ulasan NU dan Muhammadiyah

photo author
- Jumat, 14 April 2023 | 06:30 WIB
Seseorang sedang pantaun hilal, untuk menentukan Kapan lebaran 2023 (Sumber foto web @Pexels.com)
Seseorang sedang pantaun hilal, untuk menentukan Kapan lebaran 2023 (Sumber foto web @Pexels.com)

Muhammadiyah Konsisten Gunakan Metode Hisab 

Di kalangan umat Islam Indonesia, kesadaran penggunaan kalender Hijriyah secara konsisten dipelopori oleh Muhammadiyah lewat pendirinya, yaitu Kiai Haji Ahmad Dahlan.

Baca Juga: Daftar Harga Tiket Bus Mudik Lebaran Tujuan Jakarta Cilacap, Lengkap dengan PO Serta Tanggal Keberangkatan

Sebagai seorang modernis, Kiai Ahmad Dahlan memahami bahwa ilmu sains dan teknologi sejatinya memudahkan umat manusia dalam kehidupan di dunia. 

Sebagai reformis, beliau ingin umat Islam tidak mendikotomikan antara agama dan dunia. 

Karena itu, kesadaran terhadap penggunaan Kalender (sistem hisab) dibawa beliau sepaket dengan berbagai misi reformis lainnya pelurusan arah kiblat yang terjadi sepulang beliau dari ibadah haji di tahun 1897 dan diperjuangkan hingga tahun 1898.

Baca Juga: 3 Tempat Wisata Paling Populer dan Hits di Jogja, Cocok Banget untuk Liburan Lebaran 2023 Unggulan

Muhammadiyah dan Sistem Penanggalan Jawa, Hijriyah dan Masehi 

Dari kejadian itu, maka Muhammadiyah diizinkan menyelenggarakan Salat Idulfitri lebih dahulu, termasuk menggunakan fasilitas Masjid Agung Yogyakarta untuk menggelar Salat Id. 

Sementara pihak Keraton tetap berpegang pada kalender Aboge yang berbeda dalam penentuan awal Syawal. 

Mengutip Muhammadiyah Jawa karya Najib Burhani, Media Zainul Bahri dalam Perjumpaan Islam Ideologis & Islam Kultural Sejarah Kritis (2022) menyebut bahwa Muhammadiyah setelah kejadian itu itu memakai tiga Kalender, yaitu Kalender Jawa, Kalender Hijriyah, dan Kalender Masehi.

Baca Juga: Ramai Dikunjungi Saat Liburan Lebaran, 3 Wisata Pantai di Lebak dan Serang Banten! Digemari Para Turis

Akan tetapi, penggunaan Kalender Hijriyah dan hisab sebagai pedoman utama dalam penentuan hari-hari besar keagamaan baru direkomendasikan kepada seluruh warga Muhammadiyah pasca Kongres Muhammadiyah ke-26 di Surabaya pada tahun 1926 atau tiga tahun pasca wafatnya Almaghfurlahu Kiai Haji Ahmad Dahlan.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Febi Sahri Purnama

Sumber: berbagai sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Dampak Kemajuan Teknologi Terhadap Dunia Kerja

Minggu, 20 Juli 2025 | 15:34 WIB

Perekonomian Di Era Jokowi

Rabu, 2 Juli 2025 | 17:42 WIB
X