TOPMEDIA – Penguncian ketat COVID-19 di Shanghai memasuki bulan kedua, dampak jangka panjang dapat mengancam status kota sebagai pusat bisnis global.
Pembatasan super ketat pemerintah telah mendorong teguran dari kelompok bisnis asing dan mengakibatkan Amerika Serikat memerintahkan semua staf non-darurat di konsulatnya untuk mengungsi.
Kamar Dagang Inggris memperkirakan bahwa sekolah-sekolah Internasional akan kehilangan 40 persen staf mereka pada saat tahun ajaran mendatang dimulai.
Baca Juga: Pasca Beredar Kabar 2 WNI Positif Corona, Pemprov Banten Bakal Inventarisir TKA Cina
Dilansir laman Al Jazeera, Dalam survei online yang menargetkan awal bulan ini, 85 persen dari hampir 1.000 responden mengatakan mereka mempertimbangkan untuk meninggalkan China karena pengalaman mereka lockdown super ketat.
“Ini sudah lama,” Alex Duncan, pendiri startup pemasaran KAWO yang berbasis di Shanghai, mengatakan. “Ada eksodus besar tumbuh sejak Covid-19 pertama kali ada. Tetapi lockdown ini memaksa mereka mempertimbangkan untuk secepatnya pergi.”
Tren tersebut menunjukkan bahwa Shanghai dapat mengikuti lintasan Hong Kong, yang telah mengalami eksodus penduduk dan bisnis asing di tengah hak dan kebebasan yang memburuk secara tajam dan strategi "dinamis nol-Covid-19".
Baca Juga: Tahun Macan Air Dalam Hitungan Shio Cina 2022
Dengan penurunan konsentrasi aktivitas bisnis asing di China, nasib Shanghai menentukan bagi kepercayaan investor dan lingkungan bisnis secara keseluruhan di pusat ekonomi terbesar kedua di dunia.
“Hong Kong juga pernah menjadi pintu gerbang ke China untuk perusahaan asing, tetapi seiring perkembangan China. Shanghai menjadi basis kuat untuk operasi bisnis dan lebih dari 700 perusahaan asing memiliki kantor pusat regional di Shanghai hari ini,” Kenneth Jarrett, penasihat senior untuk China di Albright Stonebridge Group.
“Komunitas bisnis asing memainkan peran utama,” tambah Jarrett. “Perusahaan asing menyumbang 20 persen dari lapangan kerja Shanghai, 50 persen dari R&D, dan 67 persen dari nilai perdagangan impor dan ekspor, menurut statistik pemerintah.”
Baca Juga: Wisatawan Asal Cina yang Hilang di Pulau Sangiang Belum Ditemukan
Bill Russo, pendiri Automobility, sebuah konsultan yang berfokus pada industri otomotif China, menggambarkan Shanghai sebagai pusat bisnis "tak tergantikan" bagi komunitas bisnis asing.
“Tidak ada tempat lain di China yang bahkan mendekati orang asing dalam hal lingkungan bisnis yang menguntungkan untuk beroperasi,” kata Russo.
China telah memberikan kesempatan baru bagi pasar otomotif global dalam beberapa dekade terakhir.
Artikel Terkait
Israel Kecam Rusia Serang Ukraina, Tapi Terus Caplok Palestina
Boris Johnson Bertemu Narendra, Inggris Bujuk India Jauhi Rusia
Situasi Global Memburuk, Presidensi G20 Indonesia Diharap Membawa Solusi atas Konflik Rusia-Ukraina
AS dan NATO Gagal Sanksi Ekonomi Rusia, Beralih ke Provokasi Lain
Pemerintah Turki Tutup Ruang Udara untuk Militer dan Pesawat Sipil Rusia