TOPMEDIA – Posisi Banten tahun 1678 adalah pusat perdagangan Dunia. Kota-kota mengalami perubahan terus-menerus di bawah tindakan manusia. Terutama ketika Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan dan komunikasi yang sukses di mana ide-ide baru mengalir serta emas dan perak alat tukar perdagangan.
Banten pada tahun 1678 bukan lagi kota yang didatangi oleh pasukan Come de Housman, Bante telah menemukan kemajuan ekonomi delapan puluh tahun sebelumnya karena Jakarta disulap oleh Belanda menjadi kota modern bukan lagi kota tua seperti pada masa kedatangan kali pertama Belanda.
Meskipun mungkin tampak pilihan politik yang sewenang-wenang, tahun 1676 memenuhi Banten telah memenuhi empat persyaratan: Banten kerjaan independen; tahun 1670-an jelas merupakan periode paling makmur dalam sejarah kerajaan Banten yang mampu menyesuaikan diri dengan situasi politik dan ekonomi Dunia.
Baca Juga: Wisata Alam Bukit Waruwangi Padarincang Serang Banten Lengkap Keindahannya
Dengan semakin banyaknya partisipasi pedagang dari Barat dalam perdagangan lintas laut Asia. Sultan Ageng Tirtayasa, sang sultan tua. Menurut catatan sejarah yang ditulis Claude Guillot; Kerajaan sejamannya mencatat bahwa Sultan Ageng Tirtayasa belum memberikan wewenang penuh kepada putra sulungnya.
Akan tetapi anak Sultan Ageng secara de jure sudah menjadi pewaris dan raja muda kelak kemudian dikenal sebagai Sultan Anom. Saat itu masih disebut calon sultan akan tetapi sudah ikut memberikan guncangan kecil politik kerajaan Banten lewat kebijakan kontroversial.
Pemindahan kekuasaan dari Sultan Ageng bahkan akan mengubah penampilan kota Banten mejadi kota yang rakus. Selanjutnya pada tahun 1678 pecah konflik dengan Batavia tentang Cirebon. Konflik yang akan berakhir dengan berjatuhnya kerajaan Jawa.
Baca Juga: Obyek Wisata Alam Curug Putri Carita Banten yang Menakjubkan
Dominasi Banten sebgaia kota Pelabuhan termasyur menjadi pelabuhan yang ideal untuk jalur perdagangan Dunia. Kota Banten terletak di pertemuan dua jalur laut internasional yang besar. Selat Malaka dan Selat Sunda. Hampir seluruhnya dikuasai oleh orang-orang Banten hingga di selatan Sumatera.
Kesultanana Banten memiliki jalan raya besar dengan lebar 18 km dan kedalaman 10 km dengan perairan tenang. Aliran sungai yang melindung dari laut lepas diapit sejumlah pulau-pulau kecil hingga arus air laut bisa dilewati kapal-kapal besar dengan mudah.
Sungai yang mengairi daerah pusat kota tidak hanya menciptakan pelabuhan alami tetapi juga menawarkan jalan yang nyaman ke dataran yang ditanami Lada yang membentang ke pedalaman.
Baca Juga: KASAD Jendral TNI Dudung Abdurachman Datangi Masjid Agung Banten Lama, Begini Aktivitasnya !
Sungai Cibanten yang bersumber dari Gunung Karang, sekitar tiga puluh kilometer sebelah selatan Banten, terbelah menjadi dua jalur sungai sebelum sampai ke lautan.
Kedua muara membentuk pelabuhan, pelabuhan "internasional" di barat, dan pelabuhan lokal yang disebut Karangantu, di sisi timur.
Artikel Terkait
Soal ASN Terlibat Pungli di Banten Lama, Syafrudin: Jika Terbukti Akan Saya Pecat
Polda Banten Panggil Pejabat Pemprov Terkait Proyek Revatilisasi Banten Lama
Promosikan Revitalisasi Banten Lama, Pemprov Gelar Hari Koperasi di Keraton Kesultanan
Polda Banten Periksa 7 Orang Terkait Proyek Revitalisasi Banten Lama
Bentuk Kepedulian Sesama, KPW Banten Lama Santuni 60 Anak Yatim Piatu