Namun disisi lain pertempuran di Jalur laut pasukan Banten kesulitan menghadapi pasukan angkatan laut Palembang.
Palembang yang sejak dari zaman kerajaan Sriwijaya memang sangat terkenal dengan kekuatan armada lautnya, pada masanya Sriwijaya menjadi salah satu kerajaan besar yang memiliki angkatan laut paling kuat yang mampu berkuasa di nusantara.
Kanjeng Sultan Banten Maulana Muhammad yang pada saat itu memimpin langsung armada laut Banten dengan gagah berani Ia terus melakukan perlawanan, meski serangan demi serangan dilancarkan lamun Armada Banten tidak mampu menghancurkan pertahanan pasukan angkatan laut Palembang.
Peperangan laut terjadi begitu sengit dan berlangsung cukup lama antara Banten dan Palembang.
Berjatuhan dari kedua pasukan pun tak dapat terelakkan dengan kekuatan yang dimiliki angkatan laut Palembang dan penguasaan medan perang dengan baik, dengan demikian menyebabkan angkatan laut Banten semakin terdesak.
Baca Juga: 4 Hal Ini Penting Buat Bunda Perhatikan Agar Anak Tidak Bablas Mengkonsumsi Makanan 'Jahat'
Setelah berjibaku menghadapi serangan sengit dari pasukan angkatan laut Palembang, pasukan Banten harus menerima kenyataan pahit ketika pasukan Palembang berhasil melumpuhkan Kanjeng Maulana Muhammad dan beliau gugur di tengah pertempuran Awan Gelap menaungi seluruh pasukan dari Kesultanan Banten.
Kesedihan pun tak terbendung dari masing-masing prajurit di Banten, setelah mengetahui junjungannya telah gugur, kemenangan sudah di depan mata karena pasukan darat Banten sudah menguasai ibu kota Palembang.
Namun melihat kenyataan tersebut semua pasukan dari Banten baik pasukan darat maupun laut akhirnya harus mundur dan menerima kekalahan.
Duka mendalam bagi Kesultanan Banten yang pada saat itu kehilangan seorang pemimpin muda yang dikenal Alim dan pemberani, Kanjeng Maulana Muhammad kemudian disemayamkan di Kompleks Masjid Agung Banten dan kemudian dikenal dengan sebutan Pangeran Seda ing Rana.
Kanjeng Maulana Muhammad meninggalkan Putra yang masih berumur sekitar lima bulan yang bernama Abdul Qadir kelak di kemudian hari Abdul Qadir meneruskan tahta ayahnya menjadi Sultan Agung Banten, dengan gelar Sultan Abdul mufakir Mahmud Abdul Qodir.
Itulah guys, sejarah Sultan Banten yang harus gugur di medan perang saat berhadapan dengan Palembang. Menyisakan kesedihan yang mendalam.***
Artikel Terkait
Pertumpahan Darah Hingga Menjadi Daerah Menyeramkan, Inilah Asal Usul Tigaraksa Tangerang Banten
Dijuluki Kota Benteng, Asal Mula Tangerang Banten Tempat Para Penjahat di Era Belanda Abad 19! Ini Sejarahnya
Kesurupan Massal Hingga Diikuti Sampai Rumah, Inilah 7 Tempat Angker di Tangerang Banten! Lokasi Tengah Kota
Kisah Asmara 2 Pangeran Berebut Cinta, Inilah Asal Usul Kabupaten Pandeglang Banten Versi Cerita Rakyat
Melanggar Larangan Keramat, Asal Usul Tanjung Lesung Pandeglang Banten Kisah Legenda! Baca Selengkapnya Disini
2 Hal Ini, Anies Baswedan Nekat Datangi Serang dan Tangerang Banten
Tiga Pahlawan Rela Mati Demi Berdirinya Tigaraksa Tangerang Banten
Sabetan Golok Tancapan Tombak serta Lesatan Anak Panah, Hiasi Dakwah Ulama Banten di Tigaraksa Tangerang
Sering Dipakai Teroris dan Penyusup Ilegal, Inilah Penyesalan Penemu Senjata AK47! Lengkap Kisah Sejarah