Baca Juga: Rasulullah Melarang Makan dan Minum Dengan Tangan Kiri? Inikah Alasanya!
Bukit Shafa dan Marwah
Sejak mendapatkan jawaban itu, Hajar segera kembali ke tempatnya semula bersama Ismail. Sedangkan Ibrahim kembali melanjutkan perjalanan menuju Syam. Dalam perjalanan itu, Ibrahim menghadap Ka’bah dan mengangkat kedua tangannya. Dia berdoa kepada Allah:
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim : 37)
Di sisi lain, Hajar kembali menemui Ismail. Dia mulai menyusuinya. Selama beberapa hari Hajar hidup dengan persediaan minum yang telah dibawanya. Namun tiba di satu waktu, persediaan air itu semakin lama habis. Hajar menjadi haus, begitu juga dengan bayinya. Ismail kecil hanya bisa menangis. Hajar hanya bisa memandangnya dengan rasa cemas dan kasihan. Karena tidak tahan, kemudian Hajar pergi meninggalkan Ismail untuk mencari bantuan.
Hingga Hajar sampai di bukit Shafa. Sebuah gunung yang tidak jauh dari keberadaannya semula bersama Ismail. Hajar berdiri dan menghadap ke lembah untuk mencari tanda-tanda keberadaan manusia lain dengan harapan bisa membantunya. Namun, tak seorang pun terlihat dari bukit itu.
Lalu, Hajar memutuskan untuk pergi ke lembah hingga sampai di bukit Marwah. Dia berdiri dan mencari pertolongan. Sama seperti di bukit Shafa, tetap tidak ada manusia lain yang terlihat di sana. Bahkan Hajar melakukan perjalanan dari Shafa ke Marwah hingga tujuh kali. Hasilnya sama, masih saja nihil.
Saat berada di puncak Marwah, Hajar mendengar sesuatu. Ia berusaha untuk diam dan kembali mendengarkan suara itu dengan seksama. Suara itu muncul lagi, “Engkau telah memperdengarkan suaramu jika engkau bermaksud memberikan bantuan.”
Suara itu ternyata merupakan suara dari malaikat Jibril yang berada di dekat sumber air zam-zam. Jibril mengambil air dengan sayapnya hingga air keluar memancar. Akhirnya Hajar dapat minum. Setelah itu bisa kembali menyusui Ismail kecil.
Malaikat Jibril kemudian berkata, “Janganlah kamu takut ditelantarkan, karena di sini adalah rumah Allah, yang akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya dan sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.”.
Baca Juga: Pelantikan BPC HIPMI Kota Cilegon, Helldy : Angin Segar Percepatan Pembangunan
Kedatangan Suku Jurhum
Kisah Nabi Ismail dan sang ibu yang tinggal di Makkah masih terus berlanjut. Hingga datanglah sekelompok Suku Jurhum. Mereka datang dari bukit Kadaa’. Dari bagian bawah Makkah, mereka melihat sekelompok burung yang berputar-putar di suatu wilayah. Mereka berharap, burung yang berputar-putar itu merupakan tanda adanya sumber mata air.
Kemudian, mereka mengirimkan dua orang untuk mendatangi lokasi burung tersebut. Ternyata benar, burung-burung tersebut mengelilingi sumber air. Lalu, dengan cepat dua orang dari suku Jurhum itu kembali untuk memberitahukan kelompoknya.
Setelah itu, mereka bersama-sama mendatangi sumber mata air tadi. Hajar saat itu sedang duduk di dekat sumber air. Lalu salah satu dari suku Jurhum berkata, “Apakah kamu mengizinkan kami untuk singgah bergabung denganmu di tempat ini?” Hajar menjawab, “Ya, boleh. Namun kalian tidak berhak memiliki air.” Mereka pun menyepakati permintaan Hajar tersebut.
Artikel Terkait
Nabi Muhammad SAW Dikhianati Kaum Yahudi di Kota Madinah
Kisah Nabi Muhammad SAW Menempuh Perjalanan Menuju Kota Yatsrib
Kelahiran Nabi Ismail ‘Alaihissalam dan Permulaan Sunah Berkurban
Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Membangun Ka’bah