Kelahiran Nabi Ismail ‘Alaihissalam dan Permulaan Sunah Berkurban

photo author
- Sabtu, 21 Mei 2022 | 10:23 WIB
Ilustrasi foto, gurun pasir di Arab (pexels)
Ilustrasi foto, gurun pasir di Arab (pexels)

Siti Hajar terus melalui hidup seperti itu hingga kemudian lewat serombongan orang dari suku Jurhum atau keluarga Jurhum yang datang dari jalur bukit Kadaa’ lalu singgah di bagian bawah Mekah kemudian mereka melihat ada seekor Burung sedang terbang berputar-putar.

Mereka berkata, “Burung ini pasti berputar karena mengelilingi Air padahal kita mengetahui secara pasti bahwa di lembah ini tidak ada Air.”

Akhirnya suku Jurhum mengutus satu atau dua orang yang larinya cepat dan ternyata mereka menemukan ada Air.

Baca Juga: Kisah Khalifa Abu Bakar Melepas Perlindungan Ad Dughna

Mereka kembali dan mengabarkan keberadaan Air lalu mereka mendatangi Air. Saat itu Siti Hajar sedang berada di dekat Air. Maka mereka berkata kepada Siti Hajar, “Apakah kamu mengizinkan kami untuk singgah bergabung denganmu di sini?” Ibu Nabi Ismail berkata, “Ya boleh, tapi kalian tidak berhak memiliki Air.” Mereka berkata, “Baiklah.”

Siti Hajar menjadi senang atas peristiwa ini karena ada orang-orang yang tinggal bersamanya. Akhirnya mereka pun tinggal di sana dan mengirim utusan kepada keluarga mereka untuk mengajak mereka tinggal bersama-sama di sana.

Ketika itu, Nabi Ismail belajar bahasa Arab dari mereka (suku Jurhum), dan Siti Hajar mendidik puteranya dengan pendidikan yang baik serta menanamkan akhlak mulia sampai Nabi Ismail agak dewasa dan sudah mampu berusaha bersama ayahnya; Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

Baca Juga: Kisah Rasulullah SAW Menunjuk Khalifa Abu Bakar sebagai Imam

Selanjutnya, Nabi Ibrahim berkunjung menemui Siti Hajar dan anaknya untuk menghilangkan rasa kangennya kepadanya.

Maka pada suatu hari, saat Nabi Ibrahim telah bersama anaknya, ia (Ibrahim) bermimpi bahwa dirinya menyembelih puteranya, yaitu Nabi Ismail ‘alaihissalam.

Setelah ia bangun dari tidurnya, Ibrahim pun mengetahui bahwa mimpinya itu adalah perintah dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala karena mimpi para Nabi adalah hak (benar), maka Nabi Ibrahim mendatangi anaknya dan berbicara berdua bersamanya.

Ibrahim berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ismail menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash Shaaffaat: 102)

Baca Juga: Kisah Istri Nabi Muhammad SAW, Mariyah Al-Qibtiyah Perempuan dari Mesir

Nabi Ibrahim membawa anaknya ke Mina, lalu ia taruh kain di atas muka anaknya agar Nabi Ibrahim tidak melihat muka anaknya. Nabi Ismail telah siap menerima keputusan Allah.

Ketika Nabi Ibrahim telah membaringkan anaknya di atas pelipisnya dan keduanya telah menampakkan rasa pasrahnya kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Fuad Fauji

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X