gagasan

Anak Jadi Korban Fantasi Orangtua: Fakta Mengerikan Grup Cinta Sedarah di Facebook

Rabu, 9 Juli 2025 | 21:22 WIB
Penulis: Gita Putri Yuhelmi, Kinantan Fadila, Andry Munandar (Mahasiswa Administrasi Publik STIA Maulana Yusuf Banten) (Topmedia.co.id/Istimewa)

Jika pelakunya adalah orang tuanya sendiri, maka luka emosionalnya yang di rasakan akan jauh lebih mendalam, karena mereka merasa dikhianati oleh orang yang seharusnya bisa menjaga dan melindungi mereka dari tindakan seperti itu.

Selain itu, secara fisik korban bisa saja mengalami cedera, terkena penyakit, atau dalam kasus tertentu bisa saja hamil dalam usia yang sangat muda. Dan jika kehamilan terjadi akibat hubungan sedarah, maka risiko bayi lahir dengan kelainan akan sangat meningkat tajam.

Kejahatan sepert ini juga membuat negara mengalami kerugian besar, mengapa? karena anak anak yang seharusnya bisa tumbuh dan belajar dengan baik serta aman justru harus berjuang memulihkan diri dari luka yang dalam akibat dari perlakuan kekerasan dan pelecehan yang dialaminya sendiri, terlebih lagi pelaku berasal dari orang terdekat, yaitu keluarganya sendiri.

Baca Juga: Maraknya Sampah di Indonesia 

Lantas mengapa grup seperti ini tidak langsung ditutup? Salah satunya yaitu karena teknologi yang dipakai untuk mengawasi internet belum sepenuhnya bisa mengenali istilah-istilah dalam bahasa Indonesia atau kata-kata yang disamarkan. Selain itu, jumlah polisi yang bisa menangani kejahatan di internet masih sangat sedikit, padahal mereka harus memeriksa ribuan file bukti.

Dan yang lebih menyedihkannya, banyak keluarga lebih memilih diam membungkam mulut mereka sendiri dan lebih mementingkan menjaga nama baik keluarga dibanding mengungkap fakta yang sebenarnya.

Padahal sikap diam itu justru membuat para pelaku merasa aman dan terus mengulangi perbuatannya, karna mereka tidak merasakan adanya ancaman dan lebih memilih mengulang kembali perbuatannya dengan tenang tanpa hambatan dari siapapun.

Korban juga akan merasa tidak percaya diri, sulit mempercayai orang lain, dan merasa dihantui rasa takut seumur hidupnya akan kekerasan dan pelecehan seksual tersebut.

Baca Juga: Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak di Banten: Wajah Buruk yang Tertutup Data

Untuk mencegah kejadian serupa, harus ada langkah nyata dari banyak pihak. Pemerintah perlu membuat aturan yang mewajibkan media sosial menurunkan konten berbahaya dalam waktu 24 jam setelah dilaporkan. Polisi di setiap daerah juga perlu dilengkapi alat dan pelatihan agar bisa memeriksa bukti digital.

Sekolah-sekolah juga harus mulai mengajarkan tentang hak anak, bahaya kekerasan seksual, dan pentingnya menjaga tubuh sendiri sejak dini. Selain itu, orang tua harus lebih aktif belajar tentang dunia digital agar bisa melindungi anak-anak mereka saat berselancar di internet.

Di setiap daerah juga perlu ada rumah aman untuk anak-anak yang menjadi korban, serta layanan psikolog yang bisa membantu mereka pulih dari trauma.

Baca Juga: Investasi dan Inovasi Keuangan Digital: Kunci Pertumbuhan Ekonomi 2025

Pada akhirnya, kasus Fantasi Sedarah ini bukan hanya soal hukum atau teknologi, tapi tentang nilai kemanusiaan.

Dunia digital memang membawa banyak manfaat, tapi jika tidak diawasi, bisa menjadi tempat berkembangnya kejahatan paling keji. Perlindungan terhadap anak bukan hanya tugas polisi atau pemerintah, tapi tanggung jawab bersama.

Halaman:

Tags

Terkini

Dampak Kemajuan Teknologi Terhadap Dunia Kerja

Minggu, 20 Juli 2025 | 15:34 WIB

Perekonomian Di Era Jokowi

Rabu, 2 Juli 2025 | 17:42 WIB