"Yang turun baru yang Rp 10 miliar, yang Rp 65 miliar belum. masih di kas provinsi, belum turun kekita," aku Ilham.
Akibat belum kucurnya anggaran Rp 65 miliar tersebut kerekening, kata dia membuat BUMD ABM belum bisa bergerak cepat untuk membelanjakan ternak, ricemiling, unggas dan tanaman lainnya yang menjadi program PT BUMD ABM.
"Ya (belum), dari yang Rp 10 miliar sih sudah mulai bergerak. 2020 kita baru Rp 10 miliar," katanya, seraya menambahkan, untuk program pengadaan BUMD Agrobisnis tahun 2021 sebesar Rp 65 miliar pada bulan Maret ini seharusnya sudah bisa berjalan dan dikerjalan.
Menurutnya, untuk bisnis unggas yang akan dikerjakan BUMD ABM diharapkan bsa menghasilkan 174 ribu unggas ayam potong, 5 ribu sapi dan 10 ribu domba dan kambing dalam setahun.
Hadirnya BUMD ABM di Provinsi Banten kedepan, sambung Ilham, diharapkan bisa menjadi salah satu instrumen bagi Pemprov Banten dalam mendongkrap perekonomian masyarakat dan PAD Banten.
Secara perinci, Ilham menyebutkan, untuk pengadaan drayer oleh BUMD ABM ditargetkan bisa menghasilkan 90 ton gabah kering setiap harinya, sedangkan untuk ricemiling mencapai 3 ton beras setiap jamnya.
Menururnya, BUMD ABM harus hati-hati dan selektif sebelum membelanjakan modal yang didapat, agar memberikan untung, tidak hanya sekedar membelanjakannya uang yang didapat. Namun, selanjutnya tidak membuahkan hasil.
"Karena kita melihatnya secara itungan usaha, bukan sekedar membuat setelah itu tidak menjadi nilai usaha. karena kita diberi modal itu untuk mensejahterakan juga harus menguntungkan," katanya.(Den/Red)