TOPMEDIA.CO.ID – Konflik di Ukraina tidak akan segera berakhir, kata Presiden Prancis Emmanuel Macron kepada stasiun radio RTL pada hari Jumat (8/4/2022). "Sayangnya, konflik tidak akan segera berakhir," kata Emanuel Macron.
Konflik Ukraina tidak mungkin segera berakhir, kata Emmanuel Macron.
Menurut presiden Prancis Emanuel Macron, "Rusia tidak dapat diharapkan untuk membuat konsesi diplomatik dalam beberapa minggu mendatang”, dilasir kanal Youtube Al Jazeera English.
Baca Juga: Pemerintah Jerman Peringatkan Penutur Bahasa Rusia, Khawatirkan Disinformasi
Pada 24 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus berdasarkan permintaan dari kepala republik Donbass.
Pemimpin Rusia itu menekankan bahwa Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina dan tujuannya adalah untuk demiliterisasi dan denazifikasi negara tersebut.
Sebagai tanggapan, Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, dan sejumlah negara lain mengumumkan sanksi terhadap individu dan entitas Rusia.
Baca Juga: China Siap dan Tawarkan Fasilitasi Pembicaraan Lanjutan Rusia-Ukraina
"Saya percaya bahwa kita akan melihat situasi yang sangat sulit di Donbass dalam beberapa hari dan minggu mendatang," tambah Emanuel Macron.
"Inilah sebabnya, bersama dengan Turki, Yunani, dan PBB, kami melakukan segalanya untuk mengatur operasi kemanusiaan di kota Mariupol dan Dnepr," kata presiden Prancis Emanuel Macron.
Dikutip dari tass.com, menurut Emanuel Macron, "Rusia tidak dapat diharapkan untuk membuat konsesi diplomatik dalam beberapa minggu mendatang." "Itu tidak akan terjadi sampai pertengahan Mei," kata Emmanuel Macron, menambahkan bahwa Rusia akan menandai Hari Kemenangan pada 9 Mei.
Baca Juga: Delegasi Rusia-Ukraina Melakukan Pembicaraan Hari Pertama di Istanbul Turki
Presiden Prancis Emanuel Macron juga menekankan bahwa setiap hari permusuhan "membuat hari esok lebih sulit." "Tidak akan ada perdamaian di Eropa jika kita tidak memikirkan hari esok," tegasnya.
Prancis akan mengadakan pemilihan presiden dua putaran pada 10 dan 24 April. Menurut jajak pendapat, Emanuel Macron akan memenangkan putaran pertama, memperoleh 27% suara.
Presiden Reli Nasional Marine Le Pen dan pendiri partai kiri La France Insoumise Jean-Luc Melenchon diperkirakan akan menempati posisi kedua dan ketiga, masing-masing***
Artikel Terkait
Kelangkaan BBM di Amerika Serikat Tertinggi dalam Sejarah, Dampak Perang Rusia-Ukraina
Moskow Nasionalisasi Perusahaan Asing yang Keluar dari Rusia
Perang Rusia-Ukraina Bisa Bikin Inflasi Global Naik 2,5 Persen
Rusia Sebut Indonesia Menjadi Tempat Laboratorium Senjata Bilogi AS
Asia Tenggara Gantikan Eropa Jadi Pasar Baru Minyak Bumi Rusia