Abu Bakar As Siddiq Menjadi Saksi Kebenaran Surat Ar Rum

photo author
- Jumat, 13 Mei 2022 | 11:07 WIB
Ilustrasi foto, Abu Bakar jadi saksi kebenaran Surat Ar-Rum (pondokislam)
Ilustrasi foto, Abu Bakar jadi saksi kebenaran Surat Ar-Rum (pondokislam)

Baca Juga: Kisah Perang Uhud, Kaum Muslimin Melawan Musyrikin Quraisy

Ketika orang-orang kafir mengetahui wahyu ini, mereka menertawakannya. Mereka berkata, "Demi Lat dan Uzza, Bizantium tidak akan pernah bisa mengalahkan Persia."

Abu Bakar As Siddiq berselisih dengan beberapa orang Quraisy. Dia berkata, "Bagaimana wahyu Tuhan bisa salah?"

Ubayy ibn Khalaf seorang pemimpin Quraisy berkata kepada Abu Bakar As Siddiq, "Jika Anda yakin, mari kita bertaruh. Itu akan menunjukkan di mana kebenaran berada."

Baca Juga: Kisah Sahabat Nabi, Abu Bakar As Siddiq Penuh Keteladanan

Abu Bakar menjawab, “Setuju”. Ayat-ayat yang diwahyukan tidak menentukan batas waktu tentang pemenuhan nubuatan.

Abu Bakar As Siddiq berkonsultasi dengan Nabi Muhammad SAW mengenai batas waktu dan dia berkata bahwa insya Allah ramalan itu akan digenapi dalam waktu sembilan tahun.

Abu Bakar As Siddiq dengan demikian mengadakan perjanjian taruhan dengan Ubayy ibn Khalaf. Dalam perjanjian itu ditetapkan bahwa pihak yang kalah taruhan akan membayar seratus unta kepada pihak lain.

Baca Juga: Kisah Sahabat Nabi, Keutamaan yang Dipegang Teguh Abu Bakar ash-Shiddiq

Batas waktu untuk pemenuhan nubuatan itu ditetapkan pada sembilan tahun. Selanjutnya diatur bahwa perjanjian itu akan mengikat ahli waris para pihak.

Dalam beberapa tahun Bizantium cukup kuat untuk melancarkan serangan terhadap Persia. Dalam pertempuran Issus pada tahun 622 SM, Persia menderita kekalahan pertama.

Pertempuran lain terjadi selama 623-25 ​​di mana Bizantium berada di atas angin. Pertempuran yang menentukan terjadi di tepi sungai Tigris dekat kota Mosul pada tahun 627 SM ketika Persia menyerah dan meminta syarat.

Baca Juga: Kisah Sahabat Nabi, Abu Bakar dan Umar Berlomba Berbuat Kebaikan

Akibat dari pembalikan ini terjadi pemberontakan terhadap raja Persia Khosroes II yang dibunuh oleh putranya sendiri Sherwayh.

Sherwayh berdamai dengan Bizantium dengan meninggalkan semua penaklukan yang telah dilakukan Persia sebelumnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Fuad Fauji

Sumber: Islam Story

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X