TOPMEDIA – Menelusuri kembali catatan kepingan sejarah Islam melaui jalur pelayaran di sekitar tepi Samudra Hindia, Al Masudi melakukan perjalanan ke Selatan ke pulau Madagaskar dan pesisir timur Afrika.
Al Masudi menggambarkan Shofala sebagai kota emas dan kota-kota Afrika kaya dan makmur. Al Masudi kembali ke Basrah pada tahun 922 dan menulis ringkasan sejarah pertamanya; Muruj-al-Zahab wa al-Ma-adin al-Jawahir (Pedang Emas dan Tambang Batu Mulia).
Dalam koleksi ini, ia menjelaskan dengan detail menarik tentang tempat tinggal, geografi, dan ekologi dari tanah yang telah ia kunjungi.
Baca Juga: Hati-Hati! Perbuatan Ini Termasuk Dosa Besar Namun Jarang Disadari Umat Islam
Kemudian dalam hidupnya, Al Masudi pindah pertama ke Damaskus (Suriah) dan kemudian ke Fustrat (Kairo), Mesir. Di sini, ia menulis volume keduanya Muruj al Zaman, dalam tiga puluh Jilid buku.
Dalam mahakarya ini, ia merekam budaya, praktik keagamaan, dan adat istiadat masyarakat yang pernah ia kunjungi dan mengamati peradaban mereka.
Al Masudi adalah sejarawan pertama yang mendasarkan tulisannya pada pengamatan empiris dan ilmu induktif. Dengan demikian, ia adalah pendahulu sejarawan besar Ibn Khaldun dan bapak historiografi modern.
Baca Juga: Banyak Dikerjakan Oleh Wanita, Berikut Ini Hukum Mengoleksi Pakaian Dalam Islam!
Pada 955 M, ia menulis Kitab al-Awsat, di mana ia mendaftar secara kronologis peristiwa sejarah dari zaman kuno hingga tahun 955 M. Ini adalah upaya ilmiah pertama untuk memilah peristiwa sejarah dari mitos, legenda, dan desas-desus.
Karya terakhirnya, Kitab al-Tanbih wa al-Ishraf, yang ditulis pada tahun kematiannya 947 M, memberikan ringkasan dari karya-karya sebelumnya.
Al Masudi kadang-kadang disebut sebagai Herodotus orang Arab. Gelar ini tidak adil bagi keduanya. Herodotus, yang mendahului Al Masudi lebih dari seribu tahun, adalah sejarawan peringkat pertama; namun, pernyataannya yang tidak terverifikasi terkadang membuatnya mendapatkan gelar "bapak kebohongan".
Baca Juga: Mengenal Kampus Masa Depan Universitas Islam Internasional Indonesia
Karya besarnya "sejarah" adalah ringkasan mitos, dongeng, pendapat dan beberapa fakta. Perjalanannya ke Babel, Persia dan Mesir untuk mengumpulkan bahan-bahan untuk buku-bukunya menjadi bahan kontroversi dan perdebatan.
Akhirnya, Herodotus menemukan penjelasan untuk peristiwa sejarah dalam keinginan dewa-dewa Yunani. Sebaliknya, pengamatan Al Masudi didasarkan pada geografi, etnografi, ekologi, antropologi, dan fakta sejarah.
Al Masudi menemukan prinsip gerakan dalam sejarah dalam karya manusia dan lingkungannya, bukan dalam supranatural. Perjalanannya ke Persia, India, Afrika Timur dan Cina jarang dipertanyakan.
Artikel Terkait
Jadi Tradisi Sebagian Umat Islam di Indonesia, Begini Hukum Meminta Air Doa ke Kiai atau Ulama
Cara Mencintai Seseorang Menurut Islam
Direktur Jenderal Pendidikan Islam M. Ali Ramdhani Bagikan Tips Memilih Ponpes
Tak Hanya Sehat, Bangun Pagi Menurut Islam Adalah Anjuran Rasulullah SAW
Konsep Kepemilikan Menurut Islam, Simak Penjelasan Habib Jafar