TOPMEDIA – Rumah tangga merupakan unit terkecil keluarga dalam masyarakat, tempat dan agen sosialisasi pertama dalam proses pembentukan karakter dan kepribadian anak. Hal yang paling krusial dalam pertumbuhan psikologis.
Rumah tangga atau sebuah keluarga, terutama orang tua, merupakan ruang terdekat bagi anak untuk belajar tentang dunia dan lingkungan di sekitarnya.
Pada saat anak beranjak remaja, orang tua menjadi figur atau bagian pembentuk karakter jati dirinya dan psikologis. Orang tua menjadi mitra diskusi dalam pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan.
Baca Juga: Rumah Tangga dan Makna Hidup Bersama, Berikut Penjelasannya
Maka dengan demikian, keluarga menjadi faktor penting yang yang tidak bisa ditawar untuk mempengaruhi proses tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun psikologis.
Kesejahteraan psikologis anak salah satunya ditentukan oleh tingkat keharmonisan keluarga. Rumah tangga yang harmonis akan mampu menjalankan fungsi dan perannya dalam membangun karakter anak secara optimal.
Namun kenyataan sosial menunjukkan bahwa tidak semua keluarga mampu mengkondisikan dan memelihara rumah tangga yang harmonis dan nyaman bagi anak. Terkadang, perceraian terjadi untuk dianggap jalan terakhir mengakhiri konflik atau masalah. Dan anak jadi korban paling pertama dari sebuah kekacauan rumah tangga.
Baca Juga: Rumah Tangga Sitti Fatimah Az-Zahra r.a. Penuh Keteladanan I
Pernikahan menjadi hubungan yang sangat sakral untuk laki-laki dan perempuan. Namun, tidak semua pasangan bisa mempertahankan hubungan rumah tangga hingga akhirnya menggugat cerai. Dampak perceraian bisa sangat berbahaya bagi psikologis dan mental seseorang.
Karena bukan masalah yang sepele, Anda harus bijaksana dalam memandang sebuah perceraian. Pasalnya, dampak perceraian akan terbawa sampai kapan pun dan bisa menimbulkan trauma pada seseorang.
Dampak perceraian baik untuk pria dan wanita akan sangat besar dalam psikologis, Berikut dampak psikologi dalam perceraian rumah tangga:
Baca Juga: Rumah Tangga Sitti Fatimah Az-Zahra r.a. Penuh Keteladanan II
1. Rasa marah
Rasa marah bisa saja muncul setelah proses perceraian ketika masalah-masalah yang sebelumnya diabaikan muncul dan dibahas kembali.
2. Rasa cemas
Artikel Terkait
Angka Perceraian di Kota Cilegon Tinggi, Perda Pelindungan Keluarga Digodok
Belasan ASN Pemkab Serang Ajukan Perceraian
Tercatat 2.647 Kasus Perceraian, Pengadilan Agama Serang: Janda dan Duda Bersaing Ketat
Adele Pemenang Brit Awards 2022: Dedikasikan untuk Anaknya Korban Perceraian
Data Perceraian di Jakarta Masih Tinggi, Perempuan Dominasi Gugat Cerai