TOPMEDIA – Suasana perjuangan itu membekas sedalam-dalamnya pada jiwa Sitti Fatimah Az Zahra r.a. dan memainkan peranan penting dalam pembentukan pribadinya, serta mempersiapkan kekuatan mental guna menghadapi kesukarankesukaran di masa depan.
Setelah ibunya wafat, Sitti Fatimah Az Zahra r.a. hidup bersama ayahandanya. Satu-satunya orang yang paling dicintai. Ialah yang meringankan penderitaan Rasul Allah s.a.w. tatkala ditinggal wafat isteri beliau, Sitti Khadijah.
Pada satu hari Sitti Fatimah Az Zahra r.a. menyaksikan ayahnya pulang dengan kepala dan tubuh penuh pasir, yang baru saja dilemparkan oleh orang-orang Qureys, di saat ayahandanya itu sedang sujud.
Baca Juga: Kisah Perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW dan Fakta-fakta Peristiwa
Dengan hati remuk-redam laksana disayat sembilu, Sitti Fatimah r.a. segera membersihkan kepala dan tubuh ayahandanya.
Kemudian diambilnya air guna mencucinya. Ia menangis tersedu-sedu menyaksikan kekejaman orang-orang Qureisy terhadap ayahnya.
Kesedihan hati puterinya itu dirasakan benar oleh Nabi Muhammad s.a.w. Guna menguatkan hati puterinya dan meringankan rasa sedihnya, maka Nabi Muhammad s.a.w., sambil membelai-belai kepala puteri bungsunya itu, berkata:
"Jangan menangis..., Allah melindungi ayahmu dan akan memenangkannya dari musuh-musuh agama dan risalah-Nya"
Baca Juga: Zubair bin Awwam Radhiallahu ‘Anhu, Kisah Sahabat Nabi Muhammad
Dengan tutur kata penuh semangat itu, Rasul Allah s.a.w. menanamkan daya-juang tinggi ke dalam jiwa Sitti Fatimah r.a., dan sekaligus mengisinya dengan kesabaran, ketabahan serta kepercayaan akan kemenangan akhir.
Meskipun orang-orang sesat dan durhaka seperti kafir Quraysh itu senantiasa mengganggu dan melakukan penganiayaan-penganiayaan, namun Nabi Muhammad s.a.w. tetap melaksanakan tugas risalahnya.
Pada ketika lain lagi, Sitti Fatimah r.a. menyaksikan ayahandanya pulang dengan tubuh penuh dengan kotoran kulit janin unta yang baru dilahirkan. Yang melemparkan kotoran atau najis ke punggung Rasul Allah s.a.w. itu Uqbah bin Mu'aith, Ubaiy bin Khalaf dan Umayyah bin Khalaf.
Baca Juga: Kisah Imam Ali bin Abi Thalib dan Perlakukannya kepada Perempuan
Melihat ayahandanya berlumuran najis, Sitti Fatimah r.a. segera membersihkannya dengan air sambal menangis. Nabi Muhammad rupanya menganggap perbuatan ketiga kafir Qurayshini sudah keterlaluan.
Artikel Terkait
Benarkah Ada Kebahagiaan Lain Melebihi Surga Bagi Umat islam? Simak Ayat Berikut!
Cara Mencintai Seseorang Menurut Islam
Tak Hanya Sehat, Bangun Pagi Menurut Islam Adalah Anjuran Rasulullah SAW
Konsep Kepemilikan Menurut Islam, Simak Penjelasan Habib Jafar
Sevilla dan Tempat Sejarah Kekuasaan Islam di Spanyol