TOPMEDIA - Dinas Kesehatan Provinsi Banten capai eliminasi TBC dengan semarak Gebet atau Gerakan Banten Akhiri Tuberkulosis. Mengacu pada data Global TB Report 2023, saat ini Indonesia menempati peringkat kedua di dunia setelah negara India dengan estimasi kasus TBC baru sebanyak 1.060.000 kasus dengan kematian mencapai 134.000 per tahun, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan data di Provinsi Banten tahun 2023 penemuan kasus TBC yang terdiagnosis sebesar 53.527 kasus. Tingginya angka penemuan kasus TBC salah satunya diakibatkan oleh cepatnya penularan Mycobacterium tuberculosis dari pasien dengan TBC ke orang sekitar pasien terutama pada kontak serumah pasien.
Oleh karena itu diperlukan salah satu upaya untuk menekan angka aktif TBC dengan diberikan adanya Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT).
TBC merupakan penyakit kronis yang menular dan mematikan, sekitar 17 orang per jam meninggal akibat TBC. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan menemukan seluruh kasus TBC dan mengobati sampai sembuh, sehingga penularan TBC dapat dihentikan.
Upaya-upaya penanggulangan TBC tersebut merupakan pekerjaan rumah bagi semua pihak, tidak hanya sektor kesehatan saja tetapi sektor non kesehatan juga harus terlibat. Dibutuhkan kolaborasi dan kerjasama multi-pihak dengan suatu gerakan untuk mencapai Banten Akhiri TBC
Bersamaan dengan adanya peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) yang jatuh setiap tanggal 24 Maret, pada tahun 2024 Provinsi Banten akan mengadakan berbagai gerakan untuk mencapai Eliminasi TBC 2030.
Mengapa TBC harus dieliminasi?
1. TBC merupakan penyakit kronis yang dapat menular dengan mudah, melalui udara yang berpotensi menyebar di lingkungan keluarga, tempat kerja, sekolah, dan tempat umum lainnya.
2. Pengobatan TBC tidak mudah, dengan adanya kemungkinan efek samping obat dan memerlukan waktu pengobatan yang tidak sebentar (minimal 6 bulan).
3. TBC yang tidak ditangani hingga tuntas menyebabkan resistansi obat (kebal obat).
Pentingnya Kolaborasi Seluruh Pihak dalam Eliminasi TBC
Penyakit TBC tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan secara fisik saja, tetapi juga pada aspek sosial, psikologi dan ekonomi masyarakat. Menjangkau setiap orang dengan TBC dan memastikan setiap pasien diobati sampai sembuh membutuhkan pendekatan yang melampaui sektor kesehatan.
Sebagai salah satu upaya mewujudkan Cakupan Kesehatan Semesta, keberhasilan eliminasi TBC ditentukan pada kontribusi dan kolaborasi lintas sektor oleh multi-pihak dan seluruh lapisan masyarakat secara berkesinambungan.
Setiap sektor mempunyai peran penting dalam menyukseskan target eliminasi TBC sebelum tahun 2030.
Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan sesuai dengan Peraturan Gubernur Banten No.39 Tahun 2023 tentang pedoman Tehnis penanggulangan Tuberkulosis adalah mendorong komitmen Provinsi, Kabupaten/Kota hingga pemerintah desa dan pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan penanggulangan TBC di wilayah.
Baca Juga: Dinkes Provinsi Banten Gencarkan Kampanye 3M Plus Untuk Pencegahan Penyakit Demam Berdarah
Sebagai salah satu bentuk implementasi Strategi Penanggulangan TBC Provinsi Banten yaitu peningkatan peran serta komunitas, mitra, pemangku kepentingan, dan multisektor lainnya dalam penanggulangan TBC.
HTBS yang diperingati pada 24 Maret 2024 menjadi momen yang tepat untuk menggaungkan pentingnya gerakan eliminasi TBC dan mengajak keterlibatan multisektor dan seluruh lapisan masyarakat.
Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) 2024
Merujuk pada tema global HTBS tahun 2024 yang dilansir oleh WHO yaitu “Yes! We Can End TB”, tema yang dipilih oleh Indonesia adalah tema yang berkaitan dengan suatu gerakan yang mengajak kerjasama dan sinergi multi-pihak untuk mencegah TBC, menemukan dan mengobati sampai sembuh hingga mencapai eliminasi TBC. Tema HTBS 2024 Indonesia adalah “Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis (GIAT)”.
Harapan besar dari adanya gaungan untuk tema ini adalah dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang permasalahan TBC melalui:
1. Peningkatan kesadaran dan peran serta semua pihak (pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi profesi, mitra, dan masyarakat) untuk penanggulangan TBC di Indonesia.
2. Ajakan seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung penanggulangan TBC baik dalam pencegahan, penemuan kasus maupun dukungan pengobatan sampai sembuh.
Gerakan Banten Akhiri TBC dengan Deteksi Dini dan Terapi Pencegahan TBC (TPT)
melalui skrining gejala TBC sangat penting dilakukan untuk memastikan bahwa orang yang terinfeksi TBC segera mendapatkan pengobatan sehingga penyebaran penyakit dapat dicegah.
Peran semua pihak, mulai dari pemerintah, swasta, komunitas dan masyarakat dalam pencegahan TBC juga sangat diperlukan.
Selain itu, peran keluarga penting dalam pencegahan penularan TBC karena keluarga memiliki peran besar dalam merawat anggota keluarga yang sakit TBC dan memastikan anggota keluarga yang sehat tidak tertular TBC. Salah satu bentuk pencegahannya adalah dengan mengonsumsi TPT terutama bagi kontak serumah/erat dari pasien TBC serta bagi ODHIV.
“Gerakan Banten Akhiri TBC dengan Memulai Pengobatan Sampai Sembuh”
TBC merupakan penyakit yang dapat diobati dan disembuhkan. Namun, masih terdapat tantangan pasien TBC belum memulai pengobatan.
Beberapa kemungkinan dikarenakan kurangnya pengetahuan pasien tentang pentingnya pengobatan TBC, adanya stigma, kurangnya dukungan keluarga, kesulitan mengakses fasilitas kesehatan dan lainnya.
Pengobatan TBC perlu dilakukan dengan memperhatikan 3T: Tepat Waktu, Tepat Cara, dan Tepat Dosis. Sehingga pasien TBC dapat mencapai keberhasilan pengobatan dan terhindar dari TBC resistansi obat.
Gerakan Banten Akhiri TBC Akhiri Stigma
Stigma menjadi salah satu penyebab keengganan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan TBC dan dapat memperburuk kondisi pasien.