Polisi Bongkar Sindikat Penjual Obat Kadaluarsa

photo author
- Senin, 5 September 2016 | 17:23 WIB
Foto ilustrasi. (Foto: Net)
Foto ilustrasi. (Foto: Net)

JAKARTA, TOPmedia - Aparat Subdit Industri dan Perdagangan (Indag) Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Metro Jaya, membongkar sindikat penjual obat kadaluwarsa. Modus pelaku adalah dengan menghapus dan mengubah tahun kadaluarsa obat dari berbagai merek dan jenis, yang dipasarkan kembali di Pasar Obat Pramuka, Jakarta Timur.

"Penyidik langsung mengembangkan, dengan mengawasi kegiatan di sebuah rumah di Jalan Kayu Manis RT 007/14 Kelurahan Utan Kayu Selatan, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur," kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Kombes Pol Fadil Imran, Senin (5/9/2016).

Kombes Fadil menambahkan, pengungkapan kasus ini bermula dari informasi masyarakat tentang adanya rumah yang diduga menyimpan obat kadaluarsa dan diperdagangkan kembali.

Di rumah yang dijadikan sebagai pusat penyimpan obat tersebut, kata Kombes Fadil, ditemukan ada 1.963 streep obat kadaluarsa berbagai merek, di antaranya flavin obat untuk alergi, sohobal, obat pelancar darah, Scopamin plus obat sakit perut, Zincare obat untuk diare, Lodia obat untuk Diare, Forbetes obat untuk sakit gula, atau obat diabetes, Lipitor obat untuk Kolesterol, Acran obat untuk Maag, Cindala obat antibiotik, Mersikol obat nyeri tulang, Biosanbe obat untuk vitamin zat besi, Imudator obat untuk vitamin daya tahan tubuh, Imudator obat untuk vitamin daya tahan tubuh, Padonil obat untuk, dan Nutrichol obat untuk vitamin.

"Selain itu, di TKP ditemukan 49 botol obat cair kedaluarsa berbagai macam merek, 24 karung obat kedaluwarsa berbagai merek, 122 streep obat berbagai macam jenis dan merek yang sudah diganti masa ekspirednya serta tiga botol cotton bud," tuturnya.

Dari hasil penyelidikan, lanjut Kombes Fadil, diketahui bahwa rumah yang dijadikan sebagai sentra penyimpanan obat dan sebagai tempat mengubah kadaluarsa obat adalah milik tersangka M. Ia juga memiliki toko obat di Pasar Pramuka.

Kombes Fadil menuturkan, pasar obat Pramuka yang merupakan salah satu sentra pusat grosir obat-obatan terbesar di Jakarta, ternyata dijadikan tempat bagi tersangka M, untuk meraup untung besar dengan menjual obat tersebut.

"Tersangka M menjual obat kadaluarsa dalam jumlah satuan maupun jumlah grosiran ke pelanggannya yang langsung datang ke tokonya," ungkapnya.

Dari bisnis menjual obat kadaluarsa, tambah Kombes Fadil, tersangka M diketahui bisa meraup untung hingga ratusan juta rupiah setiap bulannya.

"Dari pengakuan tersangka M bahwa ia sudah menjadi penjual obat di Pasar Pramuka sejak tahun 2006," katanya.

Kasus ini, masih terus dikembangkan penyidik dan bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI untuk mengungkap peredaran dan distribusi obat yang dimiliki tersangka M.

Atas perbuatannya, tersangka M dijerat Pasal 196 Jo Pasal 98 ayat 2 UU RI NO 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dengan ancaman penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar dan Pasal 62 Jo Pasal 62 Jo Pasal 8 UU RI No 8 Tahun 1999 tentang Pelaku Usaha yang melanggar Ketentuan dengan ancaman penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak Rp2 miliar.

"Peredaran obat kadaluarsa bisa mengancam kesehatan konsumen dan mengancam jiwa, karena seharusnya, obat tersebut harus segera dimusnahkan, bukan malah diperjualbelikan secara bebas," ungkapnya. (Landy/red)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Terekam CCTV, Dua Maling Gotong Motor di Kota Serang

Selasa, 18 November 2025 | 21:27 WIB
X