TOPMEDIA - Akibat konflik antara Israel dan Hamas yang terjadi beberapa minggu terakhir, ajakan untuk memboikot produk dari perusahaan perusahaan yang mendukung Israel semakin merebak.
Beberapa perusahaan sudah mengeluarkan pernyataan resmi mengenai dukungan mereka ke Israel.
Sebut saja beberapa di antaranya Google, Meta, Apple, Disney, Microsoft, McDonalds, Adidas, Tesla, Amazon, Boeing, Starbucks, dll.
Baca Juga: Total Anggaran Hingga 40 Triliun Jelang Pemilu 2024, Apa Saja Dampaknya ke Perekonomian Indonesia?
Di Indonesia sendiri, brand brand asal Amerika Serikat seperti McDonalds, Starbucks dan KFC rentan menjadi sasaran boikot karena dianggap sebagai sekutu utama Israel.
Bahkan McDonalds Indonesia sudah mengeluarkan statement resmi sebagai respon ajakan boikot yang beredar tersebut.
Sebenarnya, Apakah Boikot Itu Efektif?
Sebuah penelitian dari Institute For Policy Research di Northwestern University mengenai ajakan boikot bagi korporasi menyatakan:
“Ajakan boikot yang bertujuan untuk memberikan tekanan finansial dengan mengajak berbelanja di tempat lain, seringkali tidak efektif. Dampak ajakan boikot tidak signifikan terhadap pendapatan perusahaan.”
Meskipun tidak berdampak pada pendapatan, bukan berarti ajakan boikot tidak memiliki dampak yang sama sekali.
Menurut penelitian tersebut, ajakan boikot bisa mengancam reputasi perusahaan, terutama dengan munculnya pemberitaan negatif bagi perusahaan atau merek tersebut.
Di Indonesia sendiri, ajakan boikot biasanya menyerang merek merek asal Amerika Serikat yang lisensinya dipegang oleh perusahaan perusahaan lokal.