Kebersamaan atas kesamaan nasib yang coba dibangun dalam beberapa adegan dalam film Miracle in Milan (Keajaiban di Milan) justru mengubah absurditas kehidupan sosial menjelma menjadi kewajaran yang masih memungkinkan untuk terjadi di kehidupan nyata.
Toto berebut mandi cahaya matahari pagi dengan penduduk lainnya. Melalui sudut pengambilan gambar long shot, gerak-gerik tubuh para aktor terlihat bersaing, yakni mempertahankan posisi berdiri di tengah lingkaran sorot cahaya matahari yang berdiameter tak lebih dari 100 meter.
Baca Juga: Kunjungi Banten, Erick Tohir: Banten Miliki Banyak Potensi
Gerak tubuh tersebut menyiratkan hal yang mungkin kita anggap absurd, di tengah iklim kita yang berlimpah cahaya matahari.
Seperti halnya dengan beberapa adegan yang menampilkan euphoria Toto bersama para penduduk Kota Milan lainnya. Adanya kesamaan nasib diantara mereka justru disandingkan dengan esensi solidaritas yang semakin lugas menyampaikan bahwa, kemiskinan justru masih bisa dirayakan dan dinyanyikan.
Kisah hidup masyarakat yang menembus batas-batas sudut pandang kita yang sudah stereotip menilai kemiskinan yang menyengsarakan.
Baca Juga: Ivan Rakitic Bakal Tinggalkan Barcelona & Segera Gabung Inter Milan
Ironi lainnya yakni ketika tetangga Toto yang kompak memindahkan posisi sebuah rumah ke sebuah titik dimana cahaya matahari lebih terik menyoroti tanah Milan.
Mudahnya para pria tersebut memindahkan posisi rumah, menyiratkan bagaimana keadaan sosial ekonomi masyarakat Milan yang hanya mampu memiliki tempat tinggal yang mungkin berselisih bobot tipis dengan penghuninya.
Ironi getir lainnya, ketika seorang kakek penjual balon turut terbang bersama seikat balon yang ia genggam, hingga kedua kakinya tak lagi mampu menginjak bumi. Kemudian datanglah Toto yang memberikan si kakek sepotong roti untuk dimakan. Permainan simbol-simbol bersifat jenaka yang mengandung lapisan satir tersebut menjadikan Miracle in Milan mampu menohok dengan pendekatan yang lebih segar.
Baca Juga: Lk21 Nonton Film Terbaru Dan Download Drama Korea Gratis
Toto menggunakan merpati untuk mengharapkan kebebasan teman-temannya dan karena itikad baiknya. Gerobak polisi berantakan dan penghuni liar terbang dengan sapu yang disita dari penyapu jalan di alun-alun pusat Milan. Mereka mengelilingi Katedral dan kemudian pergi, "menuju negeri di mana "selamat pagi benar-benar berarti selamat pagi".***
Artikel Terkait
Tottenham dan terbentuknya Kota Buruh Multi Etnis di Utara London
Wagub Banten: Waspadai Covid-19 Varian Baru Jenis 'Om-om'
Milan Kota Mode dan Sejarah Dua Faksi Politik Paling Berpengaruh
HPN 2022, Wagub Banten: Pers Harus Objektif Menyampaikan Informasi
Daun Pepaya dan Cara Memasak Tanpa Menggunakan Santan