Ini Jenderal Myanmar Paling Bertanggung Jawab Atas Kekerasan di Rohingya

photo author
- Kamis, 7 September 2017 | 15:55 WIB
Jenderal Min Aung Hlaing. (Foto: Net)
Jenderal Min Aung Hlaing. (Foto: Net)

TOPmedia - Nyaris telunjuk seluruh dunia diarahkan pada Aung San Suu Kyi saat terjadi kekerasan pada etnis Rohingya di Myanmar. Desakan agar nobel perdamaian yang diterima Suu Kyi dicabut juga terus menguat.

Padahal ada satu nama yang tak bisa dilepaskan dari pelanggaran HAM di Myanmar. Dia adalah Jenderal Senior Min Aung Hlaing, panglima tertinggi seluruh angkatan bersenjata Myanmar. Aung San Suu Kyi tak memegang kendali atas pasukan. Semuanya ada di bawah Jenderal Min.

Myanmar tak pernah sepi dari aneka pemberontakan bersenjata. Ada saja daerah yang ingin memerdekakan diri dari pemerintah di Yangon dan Naypyidaw.

Junta militer tak mengenal kompromi. Operasi militer adalah jawaban dari semua suara ketidakpuasan. Tak cuma gerilyawan yang dibunuh, warga sipil juga harus merasakan tindakan represif Tatmadaw, sebutan untuk militer Myanmar. Mulai dari relokasi paksa, pembunuhan, pemerkosaan dan kerja paksa di bawah militer.

Saat tentara Myanmar menumpas gerakan Nasionalis Karen di Kayin tahun 2006, diperkirakan setengah juta warga sipil ikut merasakan dampaknya.

Pasukan Myanmar juga berperang dengan Tentara Kemerdekaan Kachin dan perlawanan bersenjata di Kokang tahun 2014 dan 2015 lalu.

Kini di Rohingya, Jenderal Min Aung Hlaing meneruskan gaya kekerasan yang dilakukan oleh pemerintahan Junta Militer. Ratusan ribu orang mengungsi. Wanita-wanita diperkosa sementara pembunuhan dan pembakaran terus terjadi.

Siapa sesungguhnya Jenderal Min Aung Hlaing?

Dia lahir dari keluarga kelas menengah tahun 1956 di Savoy, wilayah Tanintharyi. Ayahnya seorang insinyur sipil yang bekerja di Kementerian Pekerjaan Umum Burma.

Tahun 1973, Min sempat belajar hukum di Universitas Yangon. Namun pemuda ini kemudian tertarik masuk dunia militer. Dia kemudian masuk akademi militer Burma dan lulus dengan pangkat letnan dua tahun 1977.

Konon selama di akademi militer dia kurang disukai teman-temannya karena sifatnya yang pendiam dan kurang ramah.

Karir perwira muda di bawah Junta Militer ini cemerlang. Setelah bertugas bertahun-tahun dia dipromosikan menjadi komandan divisi infanteri 44 di Thaton.

Namanya mulai dikenal saat dia menjadi komandan militer di wilayah segitiga konflik tahun 2002. Di daerah itu dia menghadapi tentara pemberontak Wa yang beraliran komunis dan tentara pemberontak Shan yang dipimpin para panglima perang lokal.

Tahun 2008 dia menjadi Mayor Jenderal dan diangkat menjadi Kepala Biro Operasi Khusus. Seluruh kendali pasukan di perbatasan menjadi tanggung jawabnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X