TOPMEDIA – Krisis Rusia-Ukraina, para pemimpin Barat berhati-hati atas hasil perundingan Rusia dan Ukraina di Istambul Turki. Barat berharap Rusia untuk mengurangi serangan di Kyiv.
Perang Rusia di Ukraina memasuki bulan kedua, telah terjadi gerakan negosiasi dalam perundingan damai di Istambul Turki.
Koridor kemanusiaan yang direncanakan untuk mengevakuasi warga sipil yang terjebak dalam zona perang di Kyiv. Jutaan orang telah meninggalkan rumah mereka.
Baca Juga: Delegasi Rusia-Ukraina Melakukan Pembicaraan Hari Pertama di Istanbul Turki
Ribuan warga sipil dan personel militer tewas dalam pertempuran, warga Ukraina telah meninggalkan kehancuran yang meluas.
Rusia akan mengurangi operasi militer di Kyiv dan Chernihiv, kata perunding Rusia, di tengah peralihan untuk fokus pada Donbas di Ukraina timur.
Ukraina menginginkan perjanjian internasional yang akan melihat beberapa negara menjamin keamanannya.
Baca Juga: Asia Tenggara Gantikan Eropa Jadi Pasar Baru Minyak Bumi Rusia
Washington membuat catatan peringatan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperingatkan "apa yang dikatakan Rusia, dan apa yang dilakukan Rusia".
Para pemimpin AS, Inggris, Jerman dan Italia memperingatkan agar tidak "mengendurnya tekad Barat".
Turki memuji langkah perkembangan hasil sementara langkah perundingan di Istanbul sebagai "kemajuan yang berarti" ketika Ukraina dan Rusia mengadakan putaran baru pembicaraan damai.
Baca Juga: Rusia Sebut Indonesia Menjadi Tempat Laboratorium Senjata Bilogi AS
Dilansir kantor berita Rusia tass.com, Moskow membuat dua langkah de-eskalasi. Salah satunya menawarkan untuk mengadakan pertemuan antara presiden Vladimir Putin dan Vladimir Zelensky bersamaan dengan penandatanganan perjanjian damai oleh Kementerian Luar Negeri mereka, atau lebih awal dari yang direncanakan sebelumnya.
Pada langkah lain, pasukan Rusia akan secara drastis mengurangi aktivitas mereka menuju Kiev dan Chernigov.
Delegasi perundingan Rusia di Istanbul Turki telah menerima dari perwakilan Ukraina "posisi Rusia diungkapkan dengan jelas," kata Medinsky.