Momentum Dimana Rasulullah SAW Pernah Marah? Sebagai Seorang Manusia, Begini Kisah Lengkapnya!

photo author
- Kamis, 9 Maret 2023 | 11:36 WIB
Foto ilustrasi Nabi (foto: Istimewa)
Foto ilustrasi Nabi (foto: Istimewa)

Dalam pada ini, Al-Qurthubi menambahkan keterangan mengenai sosok laki-laki Anshar tersebut.

Beliau menyebutkan bahwa, pertama, sebagian menyebut si laki-laki Anshar adalah pasukan perang Badar.

Kedua, mengutip Makki dan Nuhas, ia adalah Hathib ibn Abi Balta’ah. Ketiga, mengutip Tsa’labi, Wahidi dan Mahdawi, ia adalah Hathib dan atau Ta’labah ibn Hathib (Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Juz 6, 441).

Tafsir Ayat
Di awal ayat terdapat dua “لا” yang secara leksikal berfungsi sebagai pengokohan (taukid). Menurut al-Maraghi Penggunaan keduanya dimaknai oleh para mufasir sebagai penolakan Allah SWT.

Terhadap ayat yang disebutkan sebelumnya. Bahwa ternyata, orang-orang kafir yang menolak ajakan Nabi dan tidak percaya sampai diperlihatkan kepada mereka sebuah kebenaran (haq), pada akhirnya sadar akan kezaliman mereka sendiri -yang meminta penghakiman kepada berhala (taghut), dengan mendatangi Nabi dan bertobat.

Sebagaimana mereka, dua orang yang sedang berselih tidak akan berdamai (beriman) sampai mereka meminta penghakiman kepada Nabi dan tidak ada keraguan dalam hati mereka atas apa yang diputuskan beliau.

Al-Maraghi juga menjelaskan bahwa kata “Syajara” adalah simbol yang mewakili kata konflik atau perselisihan. Seperti pohon yang ranting-rantingnya saling bertaut dan tumpeng tindih.

Lain hal dengan al-Thabari, yang mengatakan bahwa kata “Syajara-yasyjuru-syujuran” bermakna bertengkar sebagaimana orang arab mengatakan “tasyajara al-Qaumu”, sebuah kaum telah bertengkar.

Baca Juga: 12 Nama Bayi Perempuan Islami Modern Lahir di Bulan Ramadhan 2 Kata Terbaik, Artinya Berkah

Kemudian beliau juga menafsirkan sambungan ayat berikutnya yang berbunyi
“ثُمَّ لَايَجِدُوْا فِيْ أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ”

dengan “mereka tidak melakukan dosa dengan mengingkari apa yang menjadi keputusanmu.”

Lantas benarkah Rasulullah SAW pernah?
Pertanyaan ini tentu sudah terjawab dengan ayat sebelumnya, “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah.

” Maka apapun yang dibawa, disampaikan dan diputuskan seorang rasul adalah benar, sebab hal tersebut murni dari Allah Ta’ala. Tidak mungkin Rasulullah Saw. bohong, sebab itu termasuk sifat yang mustahil bagi seorang utusan.

Sungguh perlu dipertanyakan iman seseorang jika ia meragukan bahkan mengingkari keputusan beliau.

Lantas benarkah Rasulullah SAW marah ketika seorang Anshar tidak menerima keputusan yang beliau ambil.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Beni Hendriana

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X