Penulis Feminis Kontroversial Awal dalam Sejarah Jepang

TOPMEDIA – Yosano Akiko merupakan penulis feminis awal dalam sejarah Jepang yang kontroversial. Namanya tidak asing bagi para pecinta anime Jepang. Karyanya bisa Anda lihat dalam serial anime Bungo Stray Dogs.

Jika Anda pernah menonton Bungo Stray Dogs maka pasti kenal dengan karakter perempuan bernama Yosano Akiko dalam anime tersebut.

Ia berperan sebagai seorang dokter pribadi dari Badan Detektif Bersenjata dengan kemampuan penyembuhan yang langka.

 Baca Juga: Rahasia Perempuan Jepang Selalu Terlihat Awet Muda

Memiliki pembawaan sikap yang tenang namun mematikan. Digambarkan sebagai seorang feminis yang menjunjung tinggi kesetaraan gender di Jepang.

Yosano Akiko menjadi salah satu karakter unik di serial manga karangan Kafka Asagiri ini. Yosano Akiko sebenarnya merupakan nama pena dari seorang penulis wanita terkenal pada masa akhir Meiji bernama Shō Hō.

Ia adalah salah satu tokoh perempuan yang paling terkenal, dan paling kontroversial pada zaman paska era klasik Jepang. Yosano Akiko sering kali melakukan kritik sosial lewat puisi-puisi yang ia tulis.

Baca Juga: Trend Memotong Rambut Pendek! 5 Artis Jepang Semakin Cantik dan Seksi, Lengkap dengan Biodata

Ia juga seorang feminis generasi awal dan seorang reformis pendidikan yang mendirikan Bunka Gakuin, sebuah sekolah perempuan, pada tahun 1921.

Yosano Akiko, seorang pelopor gerakan feminisme dan penyair terkenal di awal abad kedua puluh.

Di masa mudanya Yosano Akiko ikut berkontribusi menulis tanka (puisi Jepang) untuk “Myojo”. Sebuah majalah yang berdedikasi pada puisi.

Baca Juga: 6 Artis Jepang Terbaik di 2022, Para Pria Jatuh Cinta

Yosano Akiko bertemu dengan Tekkan Yosano yang merupakan pendiri majalah tersebut sekaligus seorang penulis dan penyair se-zaman Akiko.

Berawal dari pertemuan tersebut keduanya pada akhirnya menjalin ikatan pernikahan pada tahun 1901.

Di tahun yang sama, Yosano Akiko juga menysun volume Tanka pertamanya yang terdiri dari 400 Tanka bernama “Midaregami” yang berarti “Rambut Kusut”.