Gelombang Sinyal 5G Khawatirkan Departemen Pertahan Amerika

photo author
- Rabu, 26 Januari 2022 | 10:35 WIB
Ilustrasi jaringan 5G (Pikiran Rakyat)
Ilustrasi jaringan 5G (Pikiran Rakyat)

TOPMEDIA - Teknologi tinggi nirkabel 5G mulanya bertujuan untuk memberikan kecepatan data puncak multi-Gbps yang lebih tinggi, ultra rendah latency , lebih bisa diandalkan , kapasitas jaringan besar , peningkatan ketersediaan, dan pengalaman pengguna yang merata. Performa yang lebih tinggi dan peningkatan efisiensi menghubungkan industri era baru.

Menengok ulang teknologi 4G yang dimilik generasi teknologi smartphone, 5G akan menjadi milik generasi industri digital, gedung pintar, kota pintar, dan seterusnya. Ini akan berkontribusi pada penciptaan bisnis dan pekerjaan di berbagai sektor dan meningkatkan efisiensi industry.

Diperkirakan teknolgi tinggi 5G akan berkontribusi pada pendapatan negara dan daerah yang sinifikan, juga menyerap lapangan pekerjaan baru. Untuk saat ini hanya kota-kota besar di Indonesia yang memiliki jaringan 5G seperti Jakarta, Bandung, dan Jogjakarta.

Baca Juga: iPhone 13? Cek Perkembangan Teknologi iPhone Sebelum Membeli

Jaringan 5G merupakan jaringan seluler generasi kelima yang menawarkan kecepatan internet lebih tinggi dari generasi sebelumnya yatiu 4G. Jaringan 5G menjanjikan kecepatan yang dapat membuat internet seluler setara dengan Wi-Fi. Secara teknologi, jaringan ini merupakan evolusi dari teknologi seluler kita saat ini.

Akan tetapi beberapa hari lalu ada kabar mengejutkan mengenai dampak teknologi 5G di Amerika. Melansir berita dari Pikiran Rakyat 18/01/2022 ; Departemen Pertahanan Amerika atau DOD melakukan Joint Interagency FiveG Radar Altimeter Interference (JI-FRAI), yang merupakan uji reaksi cepat (QRT) yang didanai oleh OSD Joint Test and Evaluation. Tes ini difokuskan untuk menjawab apa yang seharusnya menjadi tes bangku standar emas avionik 5G serta dampak C-Band 5G pada peralatan armada DOD.

Baca Juga: Jetpack, Sejarah Teknologi Manusia Bisa Terbang

Sebagai bagian dari penyelidikan, DOD melakukan penerbangan langsung minggu ini sebagai uji coba untuk acara penerbangan langsung terjadwal yang lebih besar yang ditetapkan untuk 21 Februari hingga 4 Maret dan 21 Maret hingga 1 April. Ketiga acara tersebut memiliki partisipasi industri yang memasok peralatan 5G seluler untuk diuji, avionik, kata DOD.

DOD berpartisipasi dalam uji Interagency Bersama dengan FAA, FCC, operator nirkabel, maskapai penerbangan, dan produsen peralatan penerbangan. Sinyal 5G bahayakan penerbangan, maskapai-maskapai besar hentikan rute  AS, dan memberhentikan penerbangan pesawat jenis Boeing 777.


Boeing 777, jenis pesawat yang digunakan oleh operator di seluruh dunia, teknologinya rentan akan gangguan dari sinyal nirkabel ponsel 5G. Teknologi  berkecepatan tinggi dari ponsel 5G ini bisa memicu kecelakaan di udara. Di AS,  dampak radio frekuensi yang digunakan untuk 5G berada di bagian spectrum tinggi, yang dikenal sebagai pita frekuensi C atau C-Band. Frekuensi ini dekat dengan yang digunakan oleh radio altimeter di pesawat terbang. Perangkat ini berfungsi untuk mengukur ketinggian pesawat di atas permukaan tanah selain juga menyediakan data untuk sistem keselamatan dan navigasi pesawat.

Baca Juga: Hijab Tercanggih Di Dunia, Gunakan Teknologi Anti Air Dan Panas

Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) telah mengizinkan sejumlah pesawat untuk terbang ke bandara dengan sinyal 5G, tetapi Boeing 777 tidak ada dalam daftar. Masalah ini telah diadukan ke FAA oleh  maskapai-maskapai penerbangan dan juga ke Komisi Komunikasi Federal serta perusahaan telekomunikasi.

AT&T dan Verizon menyatakan, peralatan telkomunikasi mereka tidak akan mengganggu elektronik pesawat, tetapi pejabat FAA melihat adanya potensi masalah sehingga  perusahaan telekomunikasi itu setuju untuk berhenti sementara selama masalah tersebut dalm poses penanganan.

Membaca peristiwa beberapa hari yang lalau di dunia penerbangan kena dampak teknologi 5G. Lantas apa risiko keamanan sebegitu meningkat. Teknologi 5G memungkinkan memiliki resiko atau dampak lebih besar. Diwaktu yang akan datang kerentanan semoga memberikan kabar baik untuk kemajuan infrastruktur internet nasional.

Sebetulnya teknologi 5G lebih cepat dan lebih aman daripada 4G. Tetapi penelitian baru menunjukkan rupanya memiliki kerentanan yang dapat membahayakan pengguna ponsel. Kerentanan serupa ditemukan dalam protokol 4G oleh peneliti University of Colorado Boulder pada bulan Juni 2020.

Baca Juga: Bank Sentral Rusia Usulkan Larangan Perdagangan Crypto

Bisakah ponsel 5G memata-matai. Issu keamanan jaringan 5G non-mandiri punya buntut resiko yang panjang. Pengguna berpotensi rentan terhadap pelacakan, penyadapan, dan apa yang disebut "serangan penurunan versi" yang mendorong perangkat target ke jaringan data. Tetapi disisi lain teknologi 5G sangat membantu percepatan pengiriman dan akses data melalui gelombang radio. Gelombang radio akan terbagi menjadi frekuensi-frekuensi yang berbeda. Setiap frekuensi disiapkan untuk tipe komunikasi yang berbeda, seperti aeronautical dan sinyal navigasi maritim, siaran televisi, dan mobile data.

Jaringan 5G pun sudah mulai masuk ke Indonesia pada pertengahan 2021. Teknologi terbaru ini dapat menjangkau kecepatan hingga 10 Gbps. 5G juga diklaim memiliki latency 1 ms (10 kali lebih rendah dari 4G) dan mampu menampung sekitar 1 juta perangkat dalam radius 1 km2, lebih banyak 10 kali lipat dari teknologi 4G.

Baca Juga: Lk21 Nonton Film Terbaru Dan Download Drama Korea Gratis

Sayang tidak semua smartphone yang tersedia di Indoensia bisa terhubung dengan 5G. Hanya smartphone Band 40 yang mendukung 5G pita (band) yang kompatibel dengan internet 5G. Sebab, Band 40 bekerja di spektrum 2.3 GHz yang digunakan operator untuk menggelar 5G.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Fuad Fauji

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X