Soal Gempa Megathrust Selat Sunda dan Mentawai Siberut, Masyarakat Diminta Tidak Panik

photo author
- Minggu, 18 Agustus 2024 | 19:52 WIB
Ilustrasi Bencana Alam (TOPMedia.co.id / Istimewa)
Ilustrasi Bencana Alam (TOPMedia.co.id / Istimewa)

TOPMEDIA.CO.ID - Pembahasan terkait gempa megathrust yang diprediksi akan mengguncang sebagian besar wilayah Indonesia kembali mencuat.

Hal ini merupakan respon dari peristiwa Gempa Megathrust Nankai yang sebelumnya terjadi di Jepang pada Kamis 8 Agustus 2024 lalu.

Daryono, Kepala BMKG mengatakan bahwa ketakukan para ilmuwan Jepang terkait gempa besar yang diprediksi akan menimpa wilayahnya tersebut sama dengan yang dikhawatirkan oleh para ilmuwan Indonesia.

Pasalnya, Indonesia juga memiliki segmen potensi gempa megathrust, yakni di zona Megathrust Selat Sunda dengan kekuatan maksimal 8,7 magnitudo dan zona Megathrust Mentawai-Siberut dengan kekuatan maksimal 8,9 magnitudo.

Gempa Megathrust adalah gempa dengan kekuatan yang sangat besar yang dapat memicu terjadinya tsunami yang terjadi pada area dua lempeng tektonik yang saling bertemu di zona subduksi.

Kedua lempeng yang dimaksud adalah lempeng samudera Indo-Australia dan lempeng benua Eurasia.

Pembahasan terkait gempa besar Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut ini bukanlah hal yang baru karena sudah mulai dibahas sejak sebelum terjadinya Tsunami Aceh pada tahun 2004 silam.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Daryono, melalui akun X miliknya mengingatkan bahwa Gempa Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut ini hanya 'tinggal menunggu waktu' karena segmen sumber gempa di sekitar wilayah tersebut sudah release.

Baca Juga: Di Hari Hut RI Ke-79, Club Taekwondo Asal Kota Serang kembali harumkan Nama Baik Republik Indonesia di Thailand

''hal itu karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah release (tinggal segmen tersebut yang belum lepas),'' ujarnya.

Lebih lanjut, dia juga mengatakan bahwa kedua wilayah zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut itu juga belum mengalami gempa besar sejak ratusan tahun yang lalu.

''Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata 'tinggal menunggu waktu' karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar,'' jelas Daryono.

Terkait informasi ini, Daryono mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak khawatir karena kata 'tinggal menunggu waktu' di sini bukanlah bermakna bahwa gempa besar ini akan segera terjadi.

Karena sampai saat ini pun belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu dengan tepat dan akurat memprediksi kapan gempa terjadi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Beni Hendriana

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X