Penyebab Gen Z Cuek Politik

photo author
- Senin, 9 Desember 2024 | 21:58 WIB
Hera Sastika Febriani (Mahasiswa Ilmu Hukum Unpam PSDKU Serang) (Topmedia.co.id/Istimewa)
Hera Sastika Febriani (Mahasiswa Ilmu Hukum Unpam PSDKU Serang) (Topmedia.co.id/Istimewa)

Penulis: Hera Sastika Febriani (Mahasiswa Ilmu Hukum Unpam PSDKU Serang)

TOPMEDIA.CO.ID - Partisipasi Gen Z dan Milenial makin cuek terhadap politik. Padahal, bagi generasi keduanya, punya peran penting meningkatkan partisipasi mereka dalam politik. Misalnya dalam Pileg dan Pilkada baru-baru ini, Gen Z dan Milenial nyatanya aktif bermedsos.

Kelompok ini sering dianggap sebagai penggerak perubahan sosial karena mereka lebih terbuka terhadap ideologi baru dan dapat memanfaatkan teknologi digital untuk memperoleh informasi dan terlibat dalam kampanye politik. 

Banyak pemilih muda yang terlibat dalam kegiatan politik dalam pemilu baru-baru ini, termasuk mengikuti debat publik, bergabung dengan relawan kampanye, dan menggunakan media sosial untuk berbicara tentang masalah politik.

Baca Juga: Apa Itu Demokrasi Pancasila?

Meskipun partisipasi meningkat, ada masalah dengan apatisme yang masih tinggi di kalangan pemuda, terutama mereka yang merasa tidak terwakili atau mendapatkan manfaat langsung dari proses politik saat ini. Ini menunjukkan bahwa para politisi dan partai politik harus menggunakan pendekatan yang lebih inklusif untuk menarik pemilih muda. 

Pendidikan yang Bersifat Politik dan Kritis 

Generasi muda memainkan peran penting dalam pendidikan politik, hak suara, dan sistem demokrasi. Semakin banyak inisiatif pendidikan politik dan diskusi publik yang difasilitasi oleh perguruan tinggi, organisasi masyarakat sipil, dan platform online muncul selama pemilu terbaru. 

Pemuda yang kurang berpolitik cenderung membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan analisis mendalam terhadap calon dan masalah saat ini.

Baca Juga: Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Meningkatkan Toleransi di Indonesia yang Multikultural

Efek Media Sosial Media 

Sosial media sekarang berfungsi sebagai alat yang sangat efektif untuk membentuk opini politik generasi muda. Banyak politisi dan partai berusaha menjangkau pemilih muda melalui kampanye media sosial dalam pemilu terakhir. 

Instagram, Twitter, dan TikTok telah menjadi platform penting untuk mempromosikan dukungan, menyampaikan pesan politik, dan memperkuat identitas politik. 

Sebaliknya, berita hoaks dan misinformasi beredar juga menjadi masalah. Generasi muda harus dididik untuk membedakan informasi yang benar dari yang palsu agar mereka tidak terjebak dalam cerita palsu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Febi Sahri Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ketika Keadilan Hanya Milik yang Mampu

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:55 WIB

Keadilan sebagai Hak, Bukan Kemewahan

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:51 WIB
X