Baca Juga: Lebih Cocok di Inggris dan Italia, Jovic Tolak Pinangan Real Madrid
Dengan penyatuan negara Milan menjadi pusat komersial yang dominan di Italia utara. Pada tahun 1919 Benito Mussolini mengumpulkan Blackshirts untuk pertama kalinya di Milan, dan kemudian mereka memulai pawai mereka di Roma dari Milan.
Selama Perang Dunia II Milan rusak parah akibat pengeboman Sekutu. Setelah Italia menyerah pada tahun 1943, pasukan Jerman menduduki Italia utara hingga akhir perang pada tahun 1945. Anggota perlawanan Italia di Milan mengambil alih kota dan mengeksekusi Mussolini serta gundiknya, dan pemimpin lain dari pemerintahan Fasisnya dengan cara digantung di Piazzale Loreto, Milan.
Sejak akhir Perang Dunia II Italia mengalami ledakan ekonomi. Dari tahun 1951 hingga 1967 penduduk Milan tumbuh dari 1,3 juta menjadi 1,7 juta. Kota ini direkonstruksi, tetapi pada akhir 1960-an dan awal 1970-an kota ini mengalami gelombang besar kekerasan jalanan, pemogokan buruh, dan terorisme politik.
Baca Juga: Real Madrid Siapkan Dana Fantastis untuk Datangkan 2 Pemain Liga Italia
Gairah ekonomi industri kreatif tahun 1980-an menyulap kota Milan menjadi salah satu ibu kota mode dunia. Pada bulan Maret 2020 daerah Lombardy memiliki mayoritas kasus COVID-19 terbesar di Italia dengan tingkat kematian tertinggi di dunia. Kota mode lumpuh seketika akibat pandemi yang entah kapan selesai***
Artikel Terkait
Menuju Pemilu 2024, Ini Persyaratan dan Link Untuk Aduan Masyarakat Ke KPU
Komisi VIII DPR Memastikan Tambahan Biaya Haji 2022 Tak Bisa Dihindari
Tekan Penyebaran Covid1-9, Dinkes Banten Gelar Vaksinasi Booster untuk Seluruh ASN
Tottenham dan terbentuknya Kota Buruh Multi Etnis di Utara London
Wagub Banten: Waspadai Covid-19 Varian Baru Jenis Om-om