Sinopsis Film Tenggelamnya Kapal van der Wijck, Cinta dan Drama Manusia

photo author
- Kamis, 3 Februari 2022 | 12:00 WIB
Ilustrasi foto tangkap layar film Tenggelamnya Kapal van der Wijck (Soraya Intercine Films)
Ilustrasi foto tangkap layar film Tenggelamnya Kapal van der Wijck (Soraya Intercine Films)

TOPMEDIA- Film Tenggelamnya Kapal van der Wijck yang menyentuh emosi. Mencoba mendefinisikan apa arti cinta antar umat manusia, alam, dan tuhannya.

Film hasil adaptasi dari Novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck merupakan buah karya dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka), terbit pertama tahun 1939. Pada awalnya, cerita tersebut dimuat sebagai cerita bersambung di majalah Pedoman Masyarakat, tempat Buya Hamka bekerja sebagai pimpinan redaksi tahun 1938, di Medan.

Dilansir laman Kemdikbud, novel ini laris di pasaran sejak cetakan pertamanya serta telah dicetak berkali-kali hingga saat ini. Latar belakang kehidupan di Minangkabau, tanah asal Buya Hamka, dengan masalah adat yang berlaku pada saat itu perihal warisan, perjodohan dan kawin paksa, serta pertalian darah dan status sosial yang sangat kuat. Adat tersebut dianggap bertentangan dengan syariat agama Islam.

Baca Juga: Sinopsis Film Luca Produksi Pixar Penuh Nostalgia dan Emosi

Lewat karya Novel yang ia buat, Buya Hamka menyerukan persatuan bangsa untuk kaum pribumi, serta meninggalkan adat budaya yang tidak sesuai dan merugikan. Di tahun 1962 ia diduga melakukan plagiat dari novel karya Jean-Baptiste Alphonse Karr yang berjudul Sous les Tilleuls (1832), namun tudingan tersebut tidak benar.

Tenggelamnya Kapal van der Wijck bahkan menjadi bacaan sastra yang wajib bagi kalangan pelajar di Indonesia dan Malaysia, sebab novel tersebut juga diterbitkan dalam bahasa Melayu.

Hamka disebut terinspirasi dari peristiwa tenggelamnya sebuah kapal di tahun 1936, dan memasukkan kejadian tragis tersebut sebagai bagian akhir atau klimaks dari cerita di dalam novelnya.

Baca Juga: Sandiaga Uno Nobar Film Prilly Latuconsina

Sinopsis film Tenggelamnya Kapal van der Wijck. Pendekar Sutan membunuh Mamaknya (saudara laki-laki ibunya) karena masalah warisan, sehingga ia harus dihukum dengan diasingkan ke luar dari Batipuh, Minangkabau dan dipenjara di Cilacap selama 12 tahun.

Usai menjalani hukuman tersebut, Sutan pun pergi merantau ke Makassar dan berjumpa dengan wanita bernama Daeng Habibah. Ia lalu menikahinya. Mereka memiliki seorang putra yang dinamai Zainuddin.

Namun tak lama setelah melahirkan, Daeng Habibah meninggal karena penyakit. Sutan pun menyusul tak lama setelah istrinya meninggal. Zainuddin yang hidup sebatang kara lalu diasuh oleh Mak Base.

Baca Juga: Cara Nonton Film Melalui Netflix Party yang Belum Banyak Orang Tahu, Cek Disini!

Setelah dewasa, Zainuddin memutuskan pergi ke tanah kelahiran ayahnya di Batipuh, Minangkabau. Akan tetapi, bukannya disambut dengan baik oleh sanak keluarga sang ayah, Zainuddin malah diacuhkan. Itu karena ia memiliki darah ibu dari luar suku Minangkabau, walau ayahnya berasal dari sana.

Ilustrasi foto tangkap layar Tenggelamnya Kapal van der Wijck
Ilustrasi foto tangkap layar Tenggelamnya Kapal van der Wijck (Soraya Intercine Films)

Ia dianggap sudah terputus darah dengan keluarganya di Batipuh, sebab daerah Minangkabau menganggap wanita lah yang menjadi kepala keluarga (matrilineal) dan menjadi penyambung keturunan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Fuad Fauji

Sumber: seputarlampung.pikiran-rakyat.com

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X