SERANG,TOPmedia - Suasana malam di Alun-alun Ibu Kota Provinsi Banten yang minim penerangan dimanfaatkan para 'kupu-kupu malam' menjajakan jasa prostitusi. Untuk memastikan informasi tersebut, wartawan TOPmedia.co.id mencoba menelusuri area malam di kawasan tersebut pada Minggu malam (18/08/2019).
Alun-alun Kota Serang merupakan jatung Kota Serang, karena lokasinya berada di tengah-tengah Kota, berseberangan dengan Pendopo Bupati Serang dan gedung eks regent peninggalan Kolonial Belanda yang berdampingan dengan Museum Negeri Banten, eks Kantor Resident Banten, serta juga pernah dijadikan Pendopo Gubernur Banten.
Benar saja, saat malam hari Alun-alun Kota Serang tampak gelap karena minim lampu penerangan. Situasi inilah lantas dimanfaatkan oleh para perempuan malam untuk menawarkan jasa pelampiasan syahwat lelaku hidung belang. Dari beberapa sumber, tarif tersedia dalam satu kali permainan, perempun penjajak seks memasang harga antara Rp 250 Ribu hingga Rp 300 Ribu. Tarif longtime atau berkencan semalam suntuk, dibandrol sebesar Rp 1 juta. Harga inipun, sudah termasuk sewa kamar hotel atau kamar kos-kosan.
Pantauan di lokasi, para kupu-kupu malam mulai menampakan diri di Alun-alun Kota Serang sekitar pukul 19:00 Wib. Dalam menarik pelanggan, ada orang yang berperan sebagai perantara atau calo, dan biasanya kode traksaksi dilakukan sambil menggendarai kendaraan roda dua atau motor. Lalu, mereka pun menepi ke tempat yang agak remang, dan ada juga yang langsung stay di sudut-sudut gelapnya jatung Kota Serang.
Setelah satu kali mengelililingi Alun-Alun, awak media TOPmedia memelankan kemudi kendaraan dengan menurunkan separuh kaca mobil. Tepat di area rambu lalulintas lampu merah antara alun-alun barat dan timur, dua orang perempuan menghampiri.
Mereka mengendari motor tanpa menggenakan helm. “Cari cewek a,” kata seorang perempuan yang menutup separuh wajahnya dengan masker.
Kemudian, wartawan media ini pun menghentikan laju mobil di dekat monumen perjuangan masyarakat Banten yang kondisinya remang. Dua perempuan yang berboncengan itu pun menyusul dan langsung menghampiri monumen yang diresmikan 24 September 1980 untuk mengenang perjuangan masyarakat Banten. “Gimana a, mau enggak,” tanyanya lagi.
Setelah menoleh kanan kiri area, ia lantas meminta masuk ke dalam mobil. Ia meminta, agar tidak menurunkannya, karena ada petugas Satuan Polisi Pamong Praja yang jaraknya tak jauh dari lokasi. Padahal, malam itu pos jaga sedang tidak ada satu pun petugas jaga.
Perempuan yang mengaku bernama Lia ini membuka penawaran. Tanpa basa-basi ia sodorkan tarif sebesar Rp300 ribu untuk satu kali main. “Tiga ratus (Rp300 ribu-red) sudah sama kamar,” kata perempuan yang tidak mengelak sebagai calo transaksi esek-esek.
Lia juga mengaku, dirinya tidak memiliki anak buah tetap, setiap ada pemesan dia akan langsung memanggil rekannya yang belum mendapatkan job. Jika sudah deal, maka si pelannggan bisa memilih hotel di daerah Pocis, Kota Serang yang jadi langganannya. Alternatif tempat lainnya, ia sodorkan kos tempatnya tinggalnya di daerah sekitar Pasar Induk Rau. “Kalau aa mau nanti saya pilih. Gimana?,” tanyanya.
Lia juga tidak berkeberatan jika harus melayani langsung. “Boleh tergantung uangnya, dan kalau mau seharian paling seribu,” sahutnya lagi menjawab tarif untuk menemani satu malam suntuk dari malam mulai percakapan sampai subuh tiba.
Kemudian dipanggilah perempuan yang lebih muda darinya, Lia menjawab sudah tidak ada. Sebab, malam itu sudah banyak rekannya yang di booking. “Yang muda ada, tapi masih dipakai. Mau?,”jelasnya agak sedikit kesal.
Di tengah obrolan, telepon selulernya berbunyi. Dia langsung keluar dari mobil dan menghampiri rekannya yang menunggu di luar. Tak lama berselang, ia meninggalkan TOPmedia tanpa perkataan apa pun.
Perjalanan malam pun kembali dilanjutkan ke titik lainnya, dan benar saja seperti pengakuan Lia, tidak sedikit perempuan yang mangkal di Alun-alun untuk menerima jasa penampungan sperma. Kali ini, di dapati perempuan persis di samping bangunan pos jaga Polisi. Dari keduanya, hanya satu orang saja yang mau berbincang-bincang dan membuka penawaran.