TOPMEDIA – China mengeluarkan "Buku Putih" soal Taiwan. Buku Putih itu berjudul "Pertanyaan Taiwan dan Reunifikasi China di Era Baru. Buku Putih China dimaksud untuk mengambil alih Taiwan.
China mulai mengambil alih Taiwan dari berbagai insentif ekonomi hingga tekanan militer. mengutip laman Xinhua, secara rinci buku putih menegaskan kembali fakta bahwa Taiwan adalah bagian dari China.
Tekad Partai Komunis China (PKC) dan rakyat Tirai Bambu komitmen untuk reunifikasi nasional Taiwan.
Baca Juga: China Konfirmasi Latihan Militer di Enam Zona Perairan Taiwan
Taiwan telah menjadi milik China sejak zaman kuno. Pernyataan ini memiliki dasar yang kuat dalam sejarah dan yurisprudensi.
Resolusi Majelis Umum PBB 2758 adalah dokumen politik yang merangkum prinsip satu China yang otoritas hukumnya tidak diragukan lagi dan telah diakui di seluruh dunia.
Prinsip satu-China mewakili konsensus universal komunitas internasional. Itu konsisten dengan norma-norma dasar hubungan internasional.
Baca Juga: Lima Rudal Balistik China Mendarat di Zona Perairan Jepang
"Kami adalah satu China, dan Taiwan adalah bagian dari China. Ini adalah fakta tak terbantahkan yang didukung oleh sejarah dan hukum. Taiwan tidak pernah menjadi negara. Statusnya sebagai bagian dari China tidak dapat diubah," muat Buku Putih itu lagi.
Dalam Buku Putih diuraikan bagaimana ekonomi Taiwan menjadi maju karena hubungan dengan China. Adanya kerja sama keduanya selama tujuh dekade membawa manfaat bagi warga pulau tersebut. Setelahnya buku putih menyinggung reunifikasi nasional.
"Belum pernah sebelumnya kita begitu dekat, percaya diri, dan mampu mencapai tujuan peremajaan nasional. Hal yang sama berlaku untuk tujuan reunifikasi nasional kita," kata Buku Putih.
Baca Juga: Amerika Serikat Percaya China akan Menyerang Taiwan
Namun dalam Buku Putih pula bahas bagaimana hubungan menegang karena Partai Progresif Demokratik Taiwan yang dianggap Beijing sebagai separatis. China juga menyebut kekuatan eksternal lain yang mencoba memprovokasi dan kekalahan yang akan didapat jika nekad menentang China.
"Ini adalah hambatan yang harus dihilangkan dalam memajukan proses reunifikasi damai," tambah dokumen Buku Putih.
"Ini telah meningkatkan ketegangan dan konfrontasi lintas-Selat, dan merusak perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia-Pasifik. Ini bertentangan dengan tren global yang mendasari perdamaian, pembangunan, dan kerja sama yang saling menguntungkan, serta bertentangan dengan keinginan komunitas internasional dan aspirasi semua orang," tulis Buku Putih.