TOPMEDIA – Dari Ibnu Syihab, dari Abdurrahman bin Abdullah bin Ka ab bin Malik, diriwayatkan, bahwa Abdullah bin Ka ab bin Malik.
Dia adalah penuntun Ka ab dari anak-anaknya saat Ka ab menjadi buta berkata: “Saya mendengar Ka ab bin Malik bercerita tentang kisahnya saat tidak ikut dalam perang Tabuk.
Ka ab bin Malik bercerita, ‘Saya tidak pernah absen dalam peperangan yang dipimpin oleh Rasulullah shallallahu`alaihi wasallam kecuali perang Tabuk.
Baca Juga: Kisah Qais bin Muslim, Tidak Jadi Bertemu karena Shalat Tahajud
Sebab Rasulullah SAW saat itu hanya ke luar untuk mencegat kafilah onta yang membawa dagangan kaum Quraisy.
Saya pernah ikut bersama Rasulullah SAW pada malam (Baiatul) Aqabah, saat itu kami mengadakan janji setia terhadap Islam.
Dan peristiwa ini lebih saya senangi ketimbang peristiwa perang Badar, walaupun perang Badar itu lebih sering dikenang oleh banyak orang!’
Baca Juga: Kisah Sufyan Ats Tsauri dan Air Zamzam
Bagaimana rasanya dikucilkan masyarakat selama 50 hari. Pengalaman ini pernah dirasakan salah seorang sahabat Ka ab bin Malik. Dia dikucilkan karena absen dalam perang Tabuk yang terjadi pada 9 Hijriyah.
Berikut kisah Kejujuran Ka ab bin Malik Berubah Menjadi Nikmat:
Pertempuran ini dirasakan paling berat di zaman Rasulullah. Sebab, perang terjadi saat musim kering, musim panen kurma sebentar lagi tiba, dan lokasinya juga agak jauh dari Madinah.
Baca Juga: Kisah Al-Ala’ bin al-Hadhrami, Berdoa untuk Kendalikan Air
Di saat sahabat Rasulullah SAW berbaris siap menghadapi musuh, ada tiga orang yang tidak menampakkan batang hidungnya. Mereka adalah Murarah bin al-Rabi', Hilal bin Umayah, dan Ka'ab bin Malik.
Rasulullah SAW bertanya kepada sahabat lainnya; kemana ketiga orang itu?
Utamanya pertanyaan itu ditujukan kepada Ka'ab bin Malik. Sebab, selama pertempuran di zaman Rasulullah, ia selalu ikut terlibat. Bahkan Ka ab juga hadir menyaksikan peristiwa baiat Aqabah kedua.