Kontroversi dan Pandangan Ulama tentang Rabu Wekasan, Tradisi atau Bidah?

photo author
- Rabu, 28 Agustus 2024 | 23:22 WIB
Ilustrasi sekelompok masyarakat yang sedang melakukan ritual tolak bala atau rebo wekasan (TOPmedia/Istimewa)
Ilustrasi sekelompok masyarakat yang sedang melakukan ritual tolak bala atau rebo wekasan (TOPmedia/Istimewa)
  • Pandangan Ulama yang Mendukung

Sebagian ulama tarekat atau sufi mendukung tradisi ini dengan alasan kasyaf (penyingkapan spiritual) yang mereka terima.

Mereka percaya bahwa pada hari Rabu terakhir di bulan Safar, Allah SWT menurunkan berbagai macam bala ke bumi.

Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai amalan untuk menolak bala tersebut.

  • Pandangan Moderat

Ada juga ulama yang mengambil posisi moderat dengan tidak secara tegas menolak atau mendukung tradisi ini.

Mereka berpendapat bahwa selama amalan yang dilakukan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam dan tidak mengandung unsur syirik, maka tradisi ini dapat dianggap sebagai bagian dari kearifan lokal yang tidak perlu dipertentangkan.

Makna dan Filosofi di Balik Kontroversi

Kontroversi mengenai Rabu Wekasan mencerminkan dinamika antara tradisi lokal dan ajaran agama.

Di satu sisi, tradisi ini dianggap sebagai bentuk pelestarian budaya dan kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa tradisi ini dapat mengarah pada keyakinan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Bagi masyarakat yang masih menjalankan tradisi ini, Rabu Wekasan memiliki makna yang sangat penting.

Baca Juga: Sejarah dan Makna Rabu Wekasan, Tradisi Tolak Bala di Hari Rabu Terakhir Bulan Safar

Tradisi ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga sebagai wujud ketaatan kepada Allah SWT dan upaya untuk mendapatkan perlindungan dari segala macam bala.

Rabu Wekasan adalah momen penting bagi umat Islam di Indonesia untuk melakukan berbagai amalan tolak bala.

Meskipun terdapat perbedaan pandangan di kalangan ulama mengenai keabsahan tradisi ini, Rabu Wekasan tetap menjadi bagian dari budaya dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT dan terhindar dari segala macam musibah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Beni Hendriana

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X