TOPMEDIA.CO.ID - Dinkes Banten mengajak masyarakat untuk tidak mendiskriminasi penderita penyakit kusta. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.
Bakteri ini bisa menular dari percikan cairan saluran pernapasan (droplet), atau ludah dan dahak yang keluar ketika batuk.
Namun, penularannya tidak cepat. Seseorang bisa tertular jika terkena droplet secara terus menerus, dalam waktu yang lama. Bakteri ini butuh waktu lama untuk berkembang biak di dalam tubuh manusia.
Jadi, seseorang tidak akan tertular kusta hanya karena bersalaman, duduk bersama, bahkan berhubungan seksual.
Baca Juga: Meningkat 1.628, DPRD Kota Cilegon Minta Dinkes Fokus Tangani Stunting
Berdasarkan Permenkes no 11 tahun 2019 tentang Penanggulangan Kusta, Indonesia merupakan peringkat ke 3 di dunia setelah India dan Brazil dengan kasus kusta terbanyak.
Dan untuk di Provinsi Banten yang terbagi dalam 4 kabupaten dan 4 kota, Dijelaskan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten, dr Dr Ati Pramudji Hastuti, bahwa sudah eliminasi kusta dengan indikator Prevalensi kurang dari 1 per 10 ribu penduduk.
Pada Triwulan II tahun 2022, Kata Kadinkes, Prevalensi Kusta di Provinsi Banten 0,6 per 10 ribu penduduk dengan kasus kusta sebanyak 782 orang, diantaranya kasus anak sebanyak 17 orang.
"Meski sudah eliminasi kusta (PR kurang dari 1 per 10 ribu Penduduk), masih banyak ditemukan kasus baru di tahun 2022 yaitu 261 orang. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha untuk mencegah penularan kusta seperti dengan menerapkan pola hidup sehat dan bersih, dan melakukan skrining mandiri terhadap ciri-ciri kusta," ujar Ati, Senin (25/09/2022).
Apabila ditemukan ciri-ciri kusta seperti Bercak putih/merah, tidak terasa gatal dan tidak sakit, segeralah periksakan ke Puskesmas. Penyakit Kusta dapat disembuhkan dengan menjalani pengobatan 6-12 bulan.
Disampaikan Ati, Diskriminasi sering kali dialami oleh penderita kusta di lingkungan sekitar mereka seperti dijauhkan atau dikucilkan karena orang-orang takut tertular.
"Masih banyak yang melabeli kusta adalah kutukan, penyakit orang miskin, menjijikkan, dan seterusnya. Stigma-stigma seperti itu memengaruhi fisik, prakti itu juga berdampak ke psikologis, sosial, hingga kesejahteraan ekonomi penderita," papar Ati.
Akibatnya banyak penderita-penderita kusta yang malu untuk berobat, sehingga telat ditangani dan mengakibatkan kecacatan fisik.
Artikel Terkait
Dinkes Kota Cilegon Targetkan 5 Ribu Warga di Imunisasi
Lanjutan Perda Rokok, Dinkes Kota Cilegon Perhatikan 8 Kawasan
Jangan Anggap Sepele, Dinkes Provinsi Banten Paparkan Bahaya dari Kolesterol Tinggi
Dinkes Banten Ajak Masyarakat Banten Cegah Obesitas dengan Pola Makan Sehat dan Teratur
Dinkes Banten Sarankan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara dengan Tes Iva dan Sadanis
Meningkat 1.628, DPRD Kota Cilegon Minta Dinkes Fokus Tangani Stunting