TOPMEDIA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto diskusi bersama pengamat politik Indonesia, Rocky Gerung.
Kedua tokoh nasional tersebut berdiskusi dalam acara yang digelar oleh Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) di Jakarta, pada Senin (20/5/2024) lalu.
Hal ini merupakan momen langka karena sebelumnya Rocky Gerung, Jumhur dan Syahganda berbeda haluan dengan PDI Perjuangan.
Baca Juga: Global Volunteer Week: Krakatau Posco Tingkatkan Semangat Entrepreneur bagi Disabilitas
Hasto Kristiyanto dalam awal paparannya sempat memuji Rocky Gerung soal 'bajingan tolol'. Dalam berbagai kesempatan Rocky Gerung kerap mengucapkan 'bajingan tolol'.
"Saya bicara akhir-akhir ini dengan Mas Rocky Gerung kok bisa tahu karakter Pak Jokowi seperti itu? Kan dia lebih kritis lebih tahu," kata Hasto Kristiyanto.
"Rupanya salah satu hobinya (Rocky Gerung) panjat tebing, ini lebih bagus daripada memanjat kekuasaan," tambah orang nomor dua di partai berlogo kepala banteng tersebut.
Baca Juga: Komitmen Dukung Program Pemerintah! Krakatau Posco Bantu Selesaikan Masalah Sosial di Kota Cilegon
Mendengar pernyataan itu Rocky Gerung pun hanya tertawa.
Rocky Gerung memang mempunyai hobi panjat tebing dan naik gunung.
Kegiatannya beberapa kali diposting dalam akun media sosial pribadinya.
Baca Juga: Kepuasan Publik Tembus 60 Persen! Heru Budi Hartono Didorong Ikut Pilkada Jakarta
"Rocky Gerung terima kasih karena dengan panjat tebing itu tidak ada intervensi hukum, bansos, semua berprestasi karena melalui proses latihan, tidak ada jalan pintas, bahwa ada satu risiko iya," ucap Hasto Kristiyanto.
Artikel Terkait
Rocky Gerung: Dalam Hitungan Saya Mungkin Bulan Mei Presiden Jokowi Udah Jatuh!
Turut Berduka: Fernny Gerung Berpulang, Adik Perempuan Rocky Gerung dan Wakil Rektor Unsrat
Rocky Gerung Ingin Jadi Jaksa Agung di Kabinet Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka
Megawati Anggap Gibran Songong Usai Unggah Foto Nyeleneh, Rocky Gerung: Akhirnya Watak Gibran Dibaca Lagi
Rocky Gerung: Kenapa Bukittinggi Berhenti Untuk Berpikir Kritis?