Mengenang Tradisi 1960, PJBN dan Paguyuban Seniman Bedug Pandeglang Sambut Kemenangan Idul Fitri

photo author
- Selasa, 11 April 2023 | 02:54 WIB
Ketua DEWAN PENGAWAS PUSAT Peguron Jalak Banten Nusantara (PJBN), Ratu Anita Tristiawati KD (Istimewa)
Ketua DEWAN PENGAWAS PUSAT Peguron Jalak Banten Nusantara (PJBN), Ratu Anita Tristiawati KD (Istimewa)

TOPMEDIA - Dalam rangka merayakan Hari Kemenangan Idul Fitri, Paguyuban seniman Bedug Pandeglang  bersama Paguron Jalak Banten Nusantara (PJBN) menggagas untuk merevitalisasi Ngadu Bedug

Kegiatan ini  bertajuk 'GEBRAG NGADU BEDUG PANDEGLANG'  digagas bersama PJBN, yang di gawangi oleh Bunda Ratu Anita Tristiawati KD sebagai pengerak budaya. 

Rencananya, kegiatan 'Gebrag Ngadu Bedug' ini akan dilaksanakan pada hari Jumat sampai Minggu, pada 28 sampai 30 April 2023, di Alun-Alun kabupaten Pandeglang, Banten.

Baca Juga: Hakim Konstitusi Usulkan Pemilu 2024 Memakai Sistem Hybrid, Apakah Itu?

Ketua DEWAN PENGAWAS PUSAT Peguron Jalak Banten Nusantara (PJBN), Ratu Anita Tristiawati KD mengatakan, dari sepenggal kisah di masa lalu, pada kisaran tahun 1960-1980, masyarakat Pandeglang memiliki suatu tradisi yang acap kali dilakukan saat bulan Ramadan

Tepat di hari ke-15 Ramadhan, lanjutnya, masyarakat dari berbagai kampung ramai melakukan tradisi tahunan turun temurun yakni Ngadu Bedug.  

Menurutnya, Esensi "ngadu" dalam tradisi ini bukan bedug yang diadu, namun lebih kepada mengadu lagu-lagu yang dinyanyikan dengan menabuh bedug. Mulai dari "Nangtang" yang dijawab dengan lagu "Tingtit Tingbrang", "Gigibrig Tuma" hingga "Kalapa Samanggar".

Baca Juga: Remaja Muslim Perlu Tahu, Dilarangnya Pacaran Saat Bulan Suci Ramadan

"Lagu-lagu itu tercipta di belantara kampung, tempat ngadu bedug biasa dilakukan. Cahaya patromak dan juga obor membangun suasana yang mampu mengamplifikasi suara bedug terdengar lebih menggelegar," ucap Ratu Anita yang akrab disapa Ratu Langit, Senin 10 April 2023. 

Ratu Langit menjelaskan, pada tahun 1976, tradisi Ngadu Bedug yang mulanya bertempat di sekitaran kampung mulai dialihkan ke alun-alun Pandegnlang.

Upaya ini dilakukan Pemerintah Kabupaten Pandeglang bersama Kodim 0601 untuk menciptakan wadah yang kondusif bagi tradisi Ngadu Bedug.

Baca Juga: Dihadiri Kapolri dan Tokoh Ulama, Pembangunan Gedung DPP TTKKDH Jadi Wadah Persatuan Pencak Silat

"Dari tradisi kampung menjadi hiburan rakyat yang memiliki daya tarik sendiri. Ngadu Bedug di Alun-Alun semakin meriah. Masyarakat kampung antusias mendirikan panggung dengan berbagai hiasan dan corak ornamen yang khas," jelasnya. 

Ngadu Bedug juga yang menjadi cikal bakal Seni Rampak Bedug di tahun 1980. Suatu pertunjukan inovatif yang memadukan unsur seni tari dan musik.  Namun, sekarang, ke mana Ngadu Bedug? Apakah kini tradisi antarkampung yang telah berlangsung selama puluhan tahun itu hanya sebatas cerita masa lalu?.

Oleh sebab itu, Ratu Anita Tristiawati yang juga putri dari Abah KH Tb Sangadiah ini mengajak seluruh warga Banten khususnya warga Pandeglang turut ikut serta meramaikan dan menyaksiskan acara Gebrag Ngadu Bedug dan pameran pusaka Banten.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Febi Sahri Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

PWNU Banten Serukan Islah Terkait Konflik di PBNU

Selasa, 2 Desember 2025 | 15:24 WIB
X