TANGERANG, TOPmedia - Masyarakat di Provinsi Banten bersedih, setelah mendengar Kabar duka datang dari ulama kharismatik asal Tangerang, Banten, Abuya KH Uci Thurtusi atau lebih dikenal dengan Abah Uci.
Beliau merupakan Guru Besar dan seorang pengasuh Pimpinan Pondok Pesantren dan Majelis Ta’lim Al-Istiqlaliyyah di Kampung Cilongok, Desa Sukamantri Pasar Kemis, Tangerang, Banten meninggal dunia.
Abah Abuya KH Uci Thurtusi meninggal dunia pada pukul 05:00 Wib, di Cilongok, Pasar Kemis, Tangerang Banten, Selasa(6/4/2021). Beliau sempat sakit, hingga akhirnya berpulang ke rahmatullah.
Kabar inipun, disiarkan oleh akun youtube ngabajigur, video soal suara pemberitahuan meninggalnya Abuya Uci Cilongok yang datangnya dari masjid di pasar kemis.
Berikut pesan berantai yang menyampaikan informasi mengenai meninggaknya Abuya Uci:
Innalillahi wa innailahi rojiun telah berpulang ke rahmatullah, yaitu Al Maghfurlah Kyai Haji Uci Turtusi (Abah Uci), Cilongok, Pasar Kemis pukul 5 pagi karena sakit. Semoga almarhum diampuni segala dosanya, diterima amal ibadahnya dari hati yang paling dalam, kami keluarga turut berduka cita atas menininggalnya almarhum. Semoga Allah menempatkan di tempat yang paling indah bersama orang-orang beriman, dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dalam menerima cobaan ini.
Bahkan kabar tersebut pun disampaikan oleh Wakil Gubernur Banten, Andika Hazrumy, melalui media sosial resminya.
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Turut Berdukacita yang mendalam atas meninggalnya guru kami Abuya Uci Turtusi. Semoga Amal Ibadah Beliau Diterima Allah SWT,” kata Andika yang dikutip dari akun Medsosnya.
Diketahui, kepopuleran Abuya Uci di Banten setara dengan tokoh dan ulama lain yang ada di Indonesia seperti Habib Lutfi bin Yahya dan Abuya Muhtadi. Kiai Uci Thurtusi adalah salah satu ulama di Indonesia yang berasal dari sebuah kampung di Kabupaten Tangerang yaitu Kampung Cilongok, Pasar Kemis.
Ceramahnya yang konsisten menggunakan bahasa sunda menjadikan tokoh ini semakin dicintai oleh berbagai kalangan. Selain mudah dipahami, ceramah dengan bahasa sunda dinilai masyarakat banten memberikan ruh tersendiri saat disimak. (Feby/Red)
