Berada di Perairan Cukup Padat, Alur Penyebrangan Merak-Bakauheni Belum Ditetapkan di Peta

photo author
- Kamis, 5 Desember 2019 | 07:31 WIB

CILEGON, TOPmedia - Alur penyebrangan Merak-Bakauheni belum ditetapkan di peta, padahal perairan yang digunakan untuk penyebarangan tersebut, merupakan perairan yang cukup sibuk karena di 2018 saja hampir 50 ribu kapal, yang berlalu lintas di perairan Selat Sunda.

"Permaslahannya alur penyebrangan Merak-Bakauheni, sampai sekarang belum ditetapkan di peta. Oleh karena itu, kami menggelar FGD agar diusulkan. Selain itu juga, agar para peserta memahami karakteristik di perairan Selat Sunda," kata Kepala Bidang Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli KSOP Kelas I Banten, Capten Yoshua, usai sosialisasi karakteristik perairan dan perawakan kapal penyebrangan di Selat Sunda, Rabu (4/12/2019).

Kendati kapal-kapal lain sudah tahu ada alur penyebarangan, lanjut Yoshua, tetapi jika di peta sudah diberikan tanda, maka mereka akan lebih waspada, khususnya bagi kapal-kapal yang jarang melalui perairan selat Sunda. "Kalau ada marking di peta, otomatis kapal penyebrangan yang diprioritaskan, kecuali kapal crushing ada aturannya sendiri," katanya.

Kegiatan yang dihadiri oleh para mualim dan asosiasi pengusaha pelayaran tersebut, lanjut capt Yoshua, ada tiga hal yang harus dipahami para awak kapal, petama pentingnya alur pelayaran sebagai akses keluar masuk pelabuhan penyeberangan dan kapal-kapal yang berlayar melintasi Selat Sunda.

"Kedua peningkatkan pengetahuan bagi para nahkoda dan mualim untuk mengenal kondisi alur di perairan Selat Sunda, terakhir peserta juga harus paham mengenai aturan kesejahteraan bagi awak kapal yang bekerja di atas kapal," ujarnya.

Sementara itu, Kasubdit Telekomunikasi pelayaran Direktorat Kenavigasian Dirjen Perhubungan Laut, Dian Nurdiana mengatakan, sosialisasi itu bagus dilakukan karena dapat berkaitan dengan beberapa kebijakan yang akan dilakukan oleh pemerintah pusat salah satunya adalah terkait dengan pemberlakuan Aice dan TSS. 

“Pemberlakuan TSS itu kan akan dimulai, tahun 2020. Disitu kita harus pastikan aspek keselamatannya , infratsruktur harus bisa siap dalam rangka melayani kapal-kapal yang melintas maupun cropssing di selat sunda,” ujar Dian

Ia menjelaskan, secara traffic perairan selat Sunda sangat padat sekali, dalam satu tahun saja mencapai puluhan ribu kapal yang berlalu lintas. “Karena secara Traffic Selat sunda ini sangat padat sekali. Bahkan Tahun 2018 lalu saja hampir 50 ribu kapal yang berlalu lintas di Selat Sunda,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Dian, tidak kalah penting lagi berkaitan dengan penerapan Acuan pemasangan dan pengaktifan AIS yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan (PM) Nomor 7/2019 tentang Pemasangan dan Pengaktifan Sistem Identifikasi Otomatis (Automatic Identification System/AIS) bagi kapal yang berlayar di wilayah perairan Indonesia. Dengan ditetapkannya TSS Selat Sunda pemerintah harus bisa memastikan kesiapan infrastruktur yang berkaitan dengan system monitoring.

“Kedepan tentunya kapal–kapal penumpang mulai mulai Gross Ton (GT) 35 dan kapal–kapal ikan nelayan mulai GT 60 bisa kita monitor, maupun kapal – kapal besar dan kapal–kapal solar yang GT nya 300 keatas bisa memonitor pergerakan kapal–kapal yang GT nya lebih kecil. Ini juga sangat penting bagaimana upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan aspek sisi keselamatan pelayaran di TSS Selat Sunda,” ujarnya menegaskan. (Ik/Red)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X