Banten Posisi Teratas se-Indonesia Soal Pengangguran, Ini Penyebabnya

photo author
- Selasa, 5 November 2019 | 18:52 WIB
Kepala BPS Provinsi Banten, Adhi Wiriana. (Foto: Istimewa)
Kepala BPS Provinsi Banten, Adhi Wiriana. (Foto: Istimewa)

SERANG, TOPmedia Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia setiap tahun semakin menjamur. Permasalahan ini setiap tahun selalu saja menjadi tolak ukur keberhasilan seorang Kepala Daerah hingga Presiden, salah satunya pengangguran di Provinsi Banten.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, dari 34 Provinsi se-Indonesia, Provinsi Banten saat ini berada diposisi teratas sebagai daerah dengan tingkat pengangguran tertinggi. Disusul oleh Jawa Barat (Jabar) untuk periode Agustus 2019.

"Dari sebelumnya 8,52 persen  menjadi 8,11 persen. Tapi evort ini masih kurang canggih dibandingkan dengan Provinsi lain, karena kita (Banten,red) kelihatan terbesar se-Indonesia. Dari 34 Provinsi, kita (Banten,red) nomor satu pengangguran masih lebih tinggi dibandingkan angka nasional," kata Kepala BPS Provinsi Banten, Adhi Wirianai, Selasa (5/11/2019).

Untuk diketahui, angka rata-rata penggguran nasional pada periode Agustus 2019 berada pada angka 5,28 persen.

Kata dia, penyebabnya oleh kemarau panjang, sehingga banyak para petani di Banten menganggur, sejumlah perusahaan gulung tingkar sehingga terjadi PHK.

Disusul karena disebabkan oleh pindahnya sejumlah perusahaan di Banten keluar daerah.

"Seperti krakatau Steel yang merumahkan, yang outsourcing, kemudian ada peralihan industri di Tangsel pindah dan tutup yang mengakibatkan pengangguran kita meningkat," katanya.

Menurutnya, Kabupaten Serang  dan Kabupaten Tangerang merupakan daerah yang memiliki induatri terbesar di Provinsi Banten.

"Banyak petani dari Kabupaten Lebak, Pandeglang yang tidak mau bekerja disektor pertanian, kemudian pindah ke dunia Industri yang ada di Kabupaten Serang. Padahal kemungkinan diterima sedikit, akhirnya pengangguran jadi terbesar," katanya.

Selain itu, kata Adhi, lulusan SMK di Provinsi Banten juga belum link and match dengan kebutuhan lapangan pekerjaan yang ada.

"Misal SMK otomotif, padahal disini tidak ada pabrik mobil, yang biasanya di Bekasi dan Tangerang, mengakibatkan lulusannya tidak diterima dipasaran kerja," katanya. (TM2/Red)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X