SERANG, TOPmedia – Masyarakat Banten diminta siap dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnkaertrans) Banten, Al Hamidi kepada wartawan, Senin (4/11/2019).
Dikatakan Al Hamidi, kedepan jika revolusi industri 4.0 tersebut diterapkan, akan ada jabatan tertentu yang akan hilang dan digantikan dengan mesin. Akan tetapi akan muncul juga posisi-posisi baru.
“Dan ini akan menjadi tantangan kita dalam sistem perekrutan tenaga kerja,” kata Al Hamidi.
Oleh karena itu, kata Al Hamidi, pihaknya saat ini berupaya menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. “Jadi SDM yang berkualitas dan bersertfikasi ini harus merebut pasar itu,” katanya.
Meski begitu, lanjut Al Hamidi, dalam revolusi industri 4.0 pasti akan timbul masalah-masalah, khususnya yang berkaitan dengan tenaga kerja.
“4.0 itu kan generasi ke-4. Dari tenaga manusia digantikan dengan uap, lalu mesin dan sekarang digitalisasi. Dan pastinya akan ada permasalahan, makanya kami berharap masyarakat Banten agar siap menghadapi itu,” ujarnya.
Sementara, Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy meminta pelaku industri di Banten membentuk gerakan pengusaha peduli kompetensi untuk menggalakkan gerakan melatih tenaga kerja (naker). Pemprov Banten berharap seluruh perusahaan yang beroperasi di Provinsi Banten dapat meningkatkan alih teknologi kepada putra-putri daerah Banten atau calon naker lokal.
“Khususnya pelajar SMK melalui program-program kerjasama dengan industri-SMK atau program link and match dengan industri-industri besar,” kata Andika.
Andika juga meminta pelaku usaha industri meningkatkan program kemitraan dan bina lingkungan yang mendukung sektor-sektor pendidikan, pemberdayaan masyarakat serta pengembangan ekonomi masyarakat. Ia menilai, melalui Forum Corporate Social Responsibility (CSR) pemerintah daerah, industri dan perguruan tinggi bersama-sama dapat menjalankan program internship atau program magang kerja guna meningkatkan kualitas tenaga kerja secara berkesinambungan.
Andika mengungkapkan, tantangan yang dihadapi dalam sektor ketenagakerjaan adalah terbatasnya kualitas tenaga kerja, angka pengangguran terbuka dan disparitas pembangunan antara wilayah utara dan selatan Provinsi Banten.
“Untuk itu, diperlukan tenaga kerja yang berkualitas, yaitu tenaga kerja yang produktif, memiliki kompetensi dan daya saing,” ujarnya. (TM2/Red)