CILEGON, TOPmedia - Selat Sunda merupakan salah satu perairan terpadat di Indonesia. Selain lalu lintas kapal yang menjadi penghubung antar pulau Jawa dan Sumatera, banyak juga pipa gas serta kabel di bawah laut.
Di Selat sunda pun kerap terjadi bencana, oleh karena itu butuh wadah untuk berkoordinasi antar instansi maritim terkait.
"Kita semua tahu dalam satu jam saja ada 3 sampai 4 kapal yang menyebrang ke pulau Sumatera, kapal-kapal minyak, TUKS ada 57, dan kegiatan bongkar muat. Tentunya dengan itu semua kita harus mengantisiasi bencana alam atau kejahatan yang terjadi," ujar Kapolda Banten, Irjen Pol Tomsi Tohir, usai peresmian dan peletakan batu pertama pembangunan gedung Crisis Centre Ditpolairud Polda Banten, Rabu (18/9/2019).
Irjen Pol Tomsi Tohir juga mengungkapkan, selain di laut, di daratpun banyak obyek vital negara yang keamanannya harus dijaga, serta banyak pabrik yang jumlah buruhnya banyak.
Oleh karena, pihaknya harus mempunyai tempat berkoordinasi untuk dilakukan bersama-sama. Dan, dengan dibangunnya gedung crisis centre ini adalah sebagai tempat koordinasi antar instansi tersebut.
"Pada prinsipnya kepolisian dan stakeholder harus siap menghadapi kejadian yang tidak diinginkan, termasuk didalamnya bencana alam," katanya.
Sementara itu, Direktur Polisi Air dan Udara (Polairud) Polda Banten, Kombes Nunung Saifuddin mengatakan, gedung Crisis Center tersebut merupakan hasil hibah PT China National Offshore Oil Corporation (CNOOC).
Gedung tersebut didirikan untuk penanganan jika terjadi bencna, khususnya yang lebih utama berdampak kepada masyarakat.
"Pengalaman bencana yang terjadi seperti tsunami dan kebocoran pipa gas. Waktu kebocoran pipa gas koordinasinya di atas kapal, itu kurang efektif. Makanya dengan dibangunnya gedung ini koordinasi bisa dilakukan di darat, dilaut tinggal actionnnya saja," katanya. (Ik/Red)