SERANG, TOPmedia - Musim kemarau, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Serang, sejumlah lingkungan di Kota Serang mengalami penurunan debit air hingga menyebabkan kekeringan di dua Kelurahan wilayah Kota Serang. yaitu Kelurahan Bendung, Kecamatan Kasemen dan kelurahan Cilowong, Kecamatan Taktakan.
Titiknya sendiri terdapat 17 titik yang membutuhkan air bersih dari 16 RW di Kelurahan Bendung dan satu RW di Kelurahan Cilowong. Tidak hanya itu, menurut keterangan Dinas Pertanian (Distan) Kota Serang, seluas 750 hektar sawah kekeringan di wilayah Kasemen dan Walantaka.
Salah satu warga Kasemen, Udoh mengatakan, kekeringan sudah biasa terjadi saat musim kemarau. Sehingga warga banyak memanfaatkan air kali yang juga mulai surut untuk mandi sehari-hari dan mencuci pakaian.
"Sudah sepuluh harian kering, sehingga sehari-hari air kali dipake untuk mandi dan mencuci pakaian dan sudah menjadi kebiasaan warga Kasemen," kata Udoh saat ditemui di bantaran kali Kasemen, Rabu (31/7/2019).
Udoh juga mengaku, warga Kasemen tidak bisa memanfaatkan air yang ada, karena rasanya air yang sangat asin. Sehingga satu-satunya yang bisa dan mudah untuk digunakan kebutuhan sehari-hari yaitu dengan memanfaatkan air kali. "Kadang airnya hijau, kesana nyari, mau gak mau di sumur (airnya asin)," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Distan Kota Serang, Edinata Sukarya menjelaskan, bahkan saat ini lahan yang sudah mengalami kekeringan seluas 750 hektar dengan status waspada. "Kemarin itu 750 hektar lahan, kalau seminggu ini tidak ada air naik dari waspada jadi siaga," kata Edinata melalui sambungan telepon.
Menurutnya, saat ini pertanian di Kota Serang sedang membutuhkan air karena masih dalam pertengahan menuju masa panen, dan jika dalam beberapa waktu air tidak bisa dialirkan ke lahan pertanian tersebut. Maka para petani terancam gagal panen. "Pasti ngejerit sekarang kan, kalau November dan Desember sudah masuk masa panen dan pengolahan baru," ucapnya.
Untuk mengantisipasi itu, dikatakan Edinata, pihaknya sudah melakukan kesepakatan dengan pihak terkait di Kabupaten Serang, agar bisa mengalirkan air dari Pamarayan kembali. Sehingga disepakati, air akan dibuka kembali selama 15 hari di bulan Agustus dan 15 hari di bulan September. "Sudah waspada tapi hasil kesepakatan air mau turun tanggal 1, jadi benar-benar tertolong," jelasnya.
Sisi lainnya, Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan, BPBD Kota Serang, Heri Sumbara menambahkan, sumber air di sejumlah daerah tersebut sudah mengalami kekeringan sejak dua pekan, sehingga membutuhkan bantuan air bersih "Di Kasemen ada 16 lingkungan yang kekeringan, kalau di Cilowong cuma satu," katanya.
Lanjut Heri, kekeringan di sejumlah wilayah Kota Serang diakibatkan oleh tidak adanya turun hujan. Mengingat, Kasemen dan Taktakan termasuk kawasan sawah tadah hujan. Maka itu, untuk meminimalisir kekeringan tersebut, Heri berjanji, akan mendistribusikan dua tangki air bersih setiap harinya. Ia juga mengimbau, para kepala desa di daerah rawan kekurangan air bersih untuk aktif menyampaikan perkembangan di daerahnya. "Lusa akan di kirim 2 mobil terus-terusan perharinya," jelasnya.
Sedangkan berdasarkan informasi, lokasi kekeringan tersebut padahal berdekatan dengan proyek drainase dan jalan sepanjang 2 Kilometer (KM) milik Pemerintah Kota (Pemkot) Serang senilai Rp 8 Miliar. Bahkan, Walikota Serang, Sayfrudin maupun Wakil Walikota Serang, Subadri Usuludin sering melalui lokasi kekeringan tersebut, setiap ingin berkunjung ke Kesultanan Banten. (TM3/Red)