CILEGON, TOPmedia - PLTU Suralaya yang menjadi pemasok utama listrik Jawa, Bali dan Madura, dikuasai oleh Sabortir atau teroris. Mereka menyandera sejumlah karyawan dan General Manager (GM) yang bekerja di PLTU yang berlokasi di Kota Cilegon Banten.
Peristiwa tersebut merupakan simulasi peperangan yang dilaksanakan oleh TNI AL. Simulasi tersebut bertujuan untuk menguji kemampuan personelnya, dalam menjaga keamanan Pemilu 17 April 2019.
"Kalau ini terganggu, tentunya Pemilu, perhitungan suara dan sebagainya terganggu. Sehingga ini juga merupakan aksi kita untuk mengantisipasi berbagai ancaman Pemilu ini," kata Marsekal Muda TNI Yudo Margono, Pangkoarmada I, yang ditemui di Dermaga Indah Kyat, Kota Cilegon, Banten, Kamis (28/03/2019).
Tak tanggung-tanggung, dalam simulasi tersebut TNI AL melibatkan 650 personil dari berbagai kesatuan diterjunkan, melumpuhkan teroris dan memberi bantuan pengobatan ke masyarakat sipil yang menjadi korban samdera sabortir.
Enam unit KRI, yakni Kapitan Patimura-371, Barakuda-633, Clurit-641, Torani-860, Tenggiri-865, Semarang-593, Cassa U-6208 sampai Heli Bel diterjunkan dalam operasi penyanderaan General Manager (GM) dan sabotase PLTU Suralaya.
Kapal perang yang diterjunkan, untuk membantu perkuatan TNI AL, jika ada serangan dari kelompok teroris dari arah laut."Kita mengamankan objek vital dari laut, karena di darat sudah disimulasikan dikuasai oleh sabortir," terangnya.
Berbagai simulasi peperangan di uji kemampuannya oleh TNI AL, seperti kemampuan personel, Alutsista, Menguji Tingkat Kemampuan Gelar Sistem K3I (Komando, Kendali,
Komunikasi dan Informasi), Menguji doktrin, prosedur dan mekanisme pengamanan Obvitnas, pengamatan udara dan Permukaan.
Ada juga infiltrasi udara dan permukaan, negoisasi, pembebasan sandera, pengejaran di laut (Henrikhan), Jihandak, evakuasi Medis sampai Penanganan Hukum. (YDtama/Red)