Ini Pesan Presiden Jokowi pada Muktamar Al-Khairiyah ke-IX di Cilegon

photo author
- Sabtu, 22 Oktober 2016 | 18:12 WIB
Presiden Jokowi saat sambutan di acara Muktamar Al-Khairiyah ke IX di Citangkil, Kota Cilegon. (Foto: TOPmedia)
Presiden Jokowi saat sambutan di acara Muktamar Al-Khairiyah ke IX di Citangkil, Kota Cilegon. (Foto: TOPmedia)

CILEGON, TOPmedia - Seluruh keluarga besar Pendidikan Al-Khairiyah harus menjadi motor perubahan Sumber Daya Manusia (SDM) dan kualitas pendidikan Indonesia dengan mencontoh pendirinya, yakni K.H.Brigjen Syam'un.

"Misi awal, K.H.Syam'un, mulai ponpes, madrasah, hingga perguruan, kini Al-Khairiyah terus berjuang memajukan pendidikan di indonesia. Saya ingin menekankan pada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) nya," kata Presiden Jokowi, saat menghadiri Muktamar Al-Khairiyah ke-IX di Citangkil, Kota Cilegon, Banten, Sabtu (22/10/2016).

Motor perubahan yang dimaksud Jokowi adalah menciptakan manusia yang jujur, disiplin, dan berintegritas untuk tak merusak negara, terlebih mampu ikut serta memerangi pungutan liar (pungli).

"Karena kalau kita lihat tantangan yang kita hadapi, masa yang akan datang, bukan masa kepandaian, bukan masa kepinteran, tapi masa kejujuran, masa akhlak, masa yang ahlakul karimah. Pemerintah berterima kasih kepada Al-Khairiyah yamg melahirkan insan-insan ya g berkejujuran, yang beritegritas," tegasnya.

Dalam catatam sejarah, Perguruan Islam Al-Khairiyah di dirikan oleh K.H. Brigjen Syam'un yang bertempat di Citangkil, Kota Cilegon, Banten, pada tahun 1916 Masehi. Perguruan tersebut dibagi dalam dua sistem, yakni sistem pesantren atau tradisional lalu yang kedua menerapkan sistem madrasah atau klasikal.

Nama Al-Khairiyah sendiri di ambil dari sebuah nama bendungan di Sungai Nil, Mesir dengan harapan dapat menambah semangat juang K.H.Brigjen Syam'un dalam Dunia Pendidikan dan membawa manfaat yang sangat besar bagi masyarakat, agama dan Negara.Sebagaimana bendungan tersebut member manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat Mesir.

Sedangkan K.H.Brigjen Syam'un, merupakan pria yang lahir pada 05 April 1894 dikampung Beji, Desa Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang, yang saat itu masih berupa Keresidenan Banten dan masuk ke dalam Provinsi Jawa Barat.

Putra dari pasangan Hj. Hajar dan H.Alwiyan ini pernah mengenyam pendidikkan di Mekkah, Arab Saudi pada tahun 1905-1910 dan di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir tahun 1910-1915.

Darah perjuangan selain ditularkan kedua orang tuanya, sang kakak pun, K.H. Wasyid merupakan tokoh perlawanan terhadap penjajah yang terkenal melalui Geger Cilegon tahun 1888.

Ditahun 1943-1948, K.H.Brigjen Syam'un menjadi panglima Divisi Banten dengan pangkat kolonel merangkap menjadi Bupati Kabupaten Serang. Pada Tahun 1948, tepatnya tanggal 23 Desember 1948.

Hari kamis, tentara Belanda menyerbu daerah Banten. Pada saat itu K.H.Brigjen Ayam'un ditawan oleh tentara Belanda, tetapi pada malam harinya beliau dapat meloloskan diri. Dan keesokan harinya menggabungkan diri dengan Markas Gerilya sector I wilayah Gunungsari.

Kemudian beliau memimpin perang Gerilya bersama pemimpin-pemimpin lainnya, tepat pada hari senin pukul 09.00 WIB, tanggal 28 Februari 1949 beliau meninggal dunia ditengah hutan Cacaban Kampung Kamasan, Desa Kamasan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banre. Pada hari itu juga beliau dikebumikan di pemakaman umum Kampung Kamasan

Namun hingga kini, K.H.Brigjen Syam'un berulang kali gagal mendapatkan gelar pahlawan nasional dengan alasan ruang lingkup perjuangannya yang hanya di wilayah Banten dan Jawa Barat. (YDtama/red)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X