nasional

Akibat Pemberlakuan Lockdown, Harga Indomi di Shanghai Sekardus 900 ribu

Senin, 18 April 2022 | 14:36 WIB
Ilustrasi foto, tes covid-19 di Shanghai (@VitVitwei)

TOPMEDIA – Virus Corona melonjak tinggi dan pemerintah Tiongkok berlakukan lockdown. Di Shanghai pemerintah Tiongkok menemukan rekor 3.200 kasus dengan gejala Covid-19.

Pemrintah Tiongkok lakukan tes massal dan mengungkap Omicron bersembunyi di keluarga dan rumah terpencil.

Total kasus terinfeksi Covid-19 di kota Shanghai menjadi 303.000 kasus sejak 1 Maret, dimana sembilan di antaranya  pasien lanjut usia yang tidak divaksinasi  berada dalam kondisi 'parah'.

Baca Juga: Menteri Luar Negeri China, Sebut Eropa Sistem Pertahanannya tidak Seimbang

Dilansir scmp.com, kasus Covid-19 bergejala naik 20 persen ke rekor 3.200, dari 23.072 infeksi, menurut data dari 24 jam sebelumnya yang dirilis secara resmi pada hari Jumat.

Semakin banyak penduduk di Shanghai yang terlihat sakit, karena lebih dari setengah lusin putaran tes massal vaksin menemukan penyakit Covid-19 bersembunyi di antara anggota keluarga yang terkurung di rumah-rumah.

Total kasus Covid-19 di Shanghai menjadi 303.000 kasus sejak 1 Maret, di mana sembilan pasien  penduduk lanjut usia yang tidak divaksinasi berusia 70 hingga 93 tahun kini berada dalam kondisi "parah" karena memiliki penyakit komorbit.

Baca Juga: China Siap dan Tawarkan Fasilitasi Pembicaraan Lanjutan Rusia-Ukraina

Pemerintah Tiongkok memberlakukan lockdown di Shanghai selama dua minggu. Pemberlakuan lockdown yang mendadak menyebabkan 25 juta penduduk Shanghai terpaksa lockdown (tinggal di rumah).

Kurangnya akses ke makanan dan obat-obatan memicu kemarahan publik. Bahkan seorang warga harus menggelontorkan uang hampir Rp1 juta demi membeli makanan.

Sejak awal pandemi, Shanghai merupakan episenter Covid-19 terbesar di Tiongkok, tercatat setidaknya ada 25.000 kasus infeksi per hari.

Baca Juga: Rusia Negara Terluas Di Dunia, China Negara Terpadat Penduduknya

Warga Shanghai telah menimbun persediaan makanan untuk 4 hari, sebagaimana anjuran pemerintah setempat.

Namun tujuh hari kemudian, kebijakan lockdown yang semakin ketat membuatnya harus menghemat porsi makanan.

Beberapa penduduk Shanghai terpaksa melakukan barter makanan dengan satu sama lain. Bahkan tak sedikit yang harus rela merogoh kocek yang tak masuk akal demi makanan.

Halaman:

Tags

Terkini